Berhenti Menangkap Kupu-Kupu
Monday, May 05, 2014
Kupu-kupu, aku yakin banyak
orang yang menyukai makhluk cantik ini. Eh cantik atau ganteng ya? Tentu saja
yang aku maksud adalah kupu-kupu beneran dan bukan kupu-kupu malam. Aku punya
kebiasaan jika ada kupu-kupu yang masuk ke rumah pasti akan aku pegang dan
kemudian aku keluarkan dari rumah. Sepertinya hal itu kemudian semacam menjadi
kebiasaan, baik itu di rumah, di kantor atau bahkan ketika aku sedang bertamu
di rumah atau kantor orang lain.
Kalau ada yang tanya apa
alasannya biasanya aku menjawab, kasian nanti malah gak bisa keluar rumah,
mentok di kaca, di makan cecak atau nanti pingsan trus mati di deket kaca atau
jendela terus diurai sama semut-semut dalam rumah. Tapi kemudian kemaren aku
inget, alasan awal kenapa aku sering melakukan hal tersebut. (penting ya? Pentinglah
mumpung masih inget :p)
Dulu waktu masih tk dan sd
gitu sering sama temen2 main nangkepin capung atau kupu-kupu yang biasanya
banyak di pagi dan siang hari di taman depan rumahku. Tapi abis itu biasanya
dilepasin lagi, meski kadang malah di kasih buat makan anak ayam di kandang belakang
rumah. Hehehe. Beberapa temenku bahkan ada yang meminta orang tua nya untuk
mengawetkannya. Sampai suatu waktu, dah kelas 5 atau 6 sd kayaknya, waktu lagi
main di halaman belakang rumah, nemuin kupu-kupu yang ukurannya lumayan besar
yang lagi nemplok di papringan kata orang jawa, atau di pepohonan bambu. Bisa
dibilang kupu-kupu di luar kandang paling besar yang pernah aku lihat sepanjang
hidupku. Bentang sayapnya hampir sama dengan panjang kotak sepatu ku yang waktu
itu masih ukuran 36 kalau gak salah. Warnanya dominan coklat, dengan paduan
coklat tua, coklat muda, putih dan hitam. Kurang lebih mirip gambar berikut.
Karena saking terpukaunya,
kupu kupu itu pun aku tangkap dan tak masukin dalam kotak sepatu milik kakakku
yang terlihat cukup besar dan lebar, yang kemudian aku lobangi buat saluran
udara, serta aku pasangi plastic transparan di bagian penutupnya agar kupu kupu
nya terlihat dan aku tunjukin ke orang-orang di rumah. Kupu-kupu ini tidak banyak
berontak dan terlihat cukup tenang. Keesokan harinya, tiba-tiba makluk ini
mengeluarkan butiran-butiran bulat dengan jumlah cukup banyak dan terus
bertambah yang aku kira pup nya ni hewan.
Dua hari kemudian tiba-tiba
ulat bulu kecil-kecil yang sangat banyak keluar dari kotak sepatu tersebut. Aku
lumayan kaget, lalu kemudian inget pelajaran metamorphosis kupu-kupu di
sekolah. Ternyata kupu-kupu itu menclok di pohon bamboo di belakang rumah
karena dia mau bertelur dan menjalankan siklus hidup di alam yang harus
dijalaninya. Lalu aku kembalikan kupu-kupu tersebut ke pepohonan bambu di
belakang rumah beserta dengan ulat-ulat yang sudah menetas dari telur kupu-kupu
tersebut. Aku amati sekitar 30 menit, kemudian kupu-kupu tersebut kembali terbang
lebih tinggi. Semenjak kejadian ini, gak pernah lagi yang namanya mainan ma
serangga, kupu-kupu, capung, atau semacemnya. Apa lagi kalo liat kupu-kupu yang
mati di kaca jendela rumah terus semut-semut mengerumuni, rasanya sedih liatnya.
Mungkin semenjak kejadian-kejadian
tersebut, kalau ada kupu-kupu yang masuk rumah maupun kantor yang gak bisa
keluar dari ruangan biasanya aku coba bantu keluar. Meskipun kata orang tua sih
kalo ada kupu-kupu masuk rumah berarti mau ada tamu. Lha terus tamunya siapa? Ya
kupu-kupu itu. Hehehe. Waktu aku coba googling tentang kupu-kupu berukuran
besar ternyata ada yang bilang itu bukan dari family kupu-kupu tapi dari jenis
ngengat. Nah jadi judul postingannya berhenti nangkep kupu-kupu atau ngengat
ya? Hehehe. Yang pasti sebagai makhluk hidup kita hidup saling berdampingan dan
tidak mengganggu satu sama lain, karena mungkin kita sebagai manusia yang banyak mengganggu hidup mereka.
0 comments