Goa Gong Pacitan
Monday, May 25, 2015
Minggu lalu, akhirnya aku ada kesempatan untuk mengunjungi kabupaten
Pacitan yang sudah masuk area provinsi Jawa Timur. Kota ini semakin dikenal luas
dan menjadi salah satu destinasi wisata yang semakin populer setelah Bapak
Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden Republik Indonesia, karena wilayah
tersebut adalah kampung halaman beliau. Salah satu sebutan bagi kota ini adalah
kota dengan seribu goa. Meskipun aku yakin goa nya tidak ada seribu. Dan salah satu goa yang cukup terkenal adalah Goa Gong.
Aku pun akhirnya berkesempatan untuk mampir mengunjungi goa tersebut.
Goa Gong menjadi salah satu tempat wisata yang aku kunjungi
di Pacitan karena dari beberapa artikel yang aku baca di internet, goa ini
adalah goa stalagmite dan stalactite terbesar di Asia Tenggara. Sebenernya si
tujuan ku ke Pacitan adalah mengunjungi kota dan pantainya, karena aku belum
pernah datang atau melewati wilayah Pacitan. Bikin penasaran juga kalo
dipikir-pikir dan sekali-kali nyoba datang ke obyek wisata yang bentuknya goa. Dan
liat beberapa foto para traveller dimana areanya yang unik dan hasil foto low
light atau light effectnya yang juga cukup unik. Aku pikir, kenapa gak sekalian
mampir buat lucu-lucuan.
Aku baru mengunjungi goa ini pada hari kedua dalam liburanku selama dua hari di Pacitan. Meskipun sebenernya rencana awal pada hari pertama, karena lokasinya lebih mudah dicapai terlebih dahulu dari arah perjalananku. Namun sampai di lokasi, area wisata ini sangat ramai dan penuh . Puluhan mobil dan belasan bus besar terparkir sampai ke area luar wisata Goa Gong. Mungkin karena waktu itu long weekend jadi banyak pengunjungnya. Akhirnya aku melanjutkan langsung menuju pantai Klayar terlebih dahulu. Akses jalannya sangat mudah dengan berbagai papan petunjuk menuju ke goa gong. Kalau dari arah Wonogiri, goa gong terletak sebelum memasuki area kota Pacitan.
Sampai di area wisata Goa Gong, ada portal dan petugas yang menyambut. Cukup membayar 5 ribu rupiah per orang, pengunjung akan mendapatkan tiket masuk ke area wisata. Parkirnya di area dalam sudah cukup luas, dan area wisatanya terlihat cukup bersih. Setelah memarkirkan kendaraan aku langsung menuju area goa. Sebelum memasuki area goa kita akan menaiki anak tangga dan jalan yang agak menanjak disertai pemandangan para pedagang penjual makanan dan souvenir serta orang-orang yang menyewakan senter untuk penerangan di dalam goa. Tidak terlihat petugas resmi pengelola goa gong yang berjaga dimulut goa maupun CCTV yang mengawasi area wisata. Oya, Goa ini disebut goa gong karena ada batu yang berada di salah satu sudut di dalam goa ini jika pukul akan mengeluarkan bunyi seperti gong. Oleh karena itu, goa ini dinamai goa gong,
Begitu memasuki goa, Anda akan mengerti kenapa banyak orang menjual jasa persewaan senter di luar Goa Gong. Tapi jika Anda memiliki power bank bersenter, handphone bersenter, maupun lampu sensor pada kamera, akan cukup bisa menerangi ketika berjalan dalam goa. Goa memang cukup gelap, lembab, dan terasa panas. Hanya ada beberapa titik di dalam goa yang terdapat blower dan tidak semuanya beroperasi. Lampu penerangan di dalam goa adalah lampu kelap kelip dengan warna yang bergantian sehingga tidak terlalu bisa diandalkan untuk penerangan di dalam goa. Itu pun dah ada lampu yang mati. Hanya memberikan efek yang unik pada batu-batu di dalam goa. Bahkan beberapa area goa, benar-benar gelap karena penerangan yang tidak beroperasi. Jalan setapak dan tangga di dalam goa cukup licin. Pengunjung sebaiknya lebih berhati-hati ketika berjalan dan menuruni tangga.
Buat yang suka fotografi, cahaya disini kurang mendukung. Jadi akan diperlukan lampu flash, lensa yang mendukung low light, memanfaatkan pencahayaan yang ada, dan monopod untuk menjaga keseimbangan kamera. Atau kamera dan lensa yang cukup wide. Sebaiknya tidak menggunakan tripod ketika banyak pengunjung kecuali tripodnya bisa dijadikan monopod, karena akan mengganggu kenyamanan pengunjung yang lain, apalagi jika kondisi cukup ramai. Aku sendiri hanya berada di dalam goa sekitar 45 menit. Karena sebenernya area tidak terlalu panjang, kita hanya akan berjalan memutar di dalam goa. Aku pun cukup lama di dalam karena mencoba mengambil foto-foto yang pas.
Tantangannya adalah suhu di dalam goa yang cukup panas, jalan yang licin, dan minimnya pencahayaan. Tapi itu menjadi keseruan tersendiri ketika berwisata ke tempat ini. Apa lagi disini kita bisa melihat salah satu hasil proses alam yang luar biasa dari stalagmite dan stalagtite di Goa Gong agar lebih mengingatkan kita kepada sang pencipta yaitu Allah Swt. Kemudian aku dan temanku keluar dari goa dan beristirahat sebentar di halaman area wisata goa gong. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dan pulang ke Solo.
Sampai di area wisata Goa Gong, ada portal dan petugas yang menyambut. Cukup membayar 5 ribu rupiah per orang, pengunjung akan mendapatkan tiket masuk ke area wisata. Parkirnya di area dalam sudah cukup luas, dan area wisatanya terlihat cukup bersih. Setelah memarkirkan kendaraan aku langsung menuju area goa. Sebelum memasuki area goa kita akan menaiki anak tangga dan jalan yang agak menanjak disertai pemandangan para pedagang penjual makanan dan souvenir serta orang-orang yang menyewakan senter untuk penerangan di dalam goa. Tidak terlihat petugas resmi pengelola goa gong yang berjaga dimulut goa maupun CCTV yang mengawasi area wisata. Oya, Goa ini disebut goa gong karena ada batu yang berada di salah satu sudut di dalam goa ini jika pukul akan mengeluarkan bunyi seperti gong. Oleh karena itu, goa ini dinamai goa gong,
Begitu memasuki goa, Anda akan mengerti kenapa banyak orang menjual jasa persewaan senter di luar Goa Gong. Tapi jika Anda memiliki power bank bersenter, handphone bersenter, maupun lampu sensor pada kamera, akan cukup bisa menerangi ketika berjalan dalam goa. Goa memang cukup gelap, lembab, dan terasa panas. Hanya ada beberapa titik di dalam goa yang terdapat blower dan tidak semuanya beroperasi. Lampu penerangan di dalam goa adalah lampu kelap kelip dengan warna yang bergantian sehingga tidak terlalu bisa diandalkan untuk penerangan di dalam goa. Itu pun dah ada lampu yang mati. Hanya memberikan efek yang unik pada batu-batu di dalam goa. Bahkan beberapa area goa, benar-benar gelap karena penerangan yang tidak beroperasi. Jalan setapak dan tangga di dalam goa cukup licin. Pengunjung sebaiknya lebih berhati-hati ketika berjalan dan menuruni tangga.
Buat yang suka fotografi, cahaya disini kurang mendukung. Jadi akan diperlukan lampu flash, lensa yang mendukung low light, memanfaatkan pencahayaan yang ada, dan monopod untuk menjaga keseimbangan kamera. Atau kamera dan lensa yang cukup wide. Sebaiknya tidak menggunakan tripod ketika banyak pengunjung kecuali tripodnya bisa dijadikan monopod, karena akan mengganggu kenyamanan pengunjung yang lain, apalagi jika kondisi cukup ramai. Aku sendiri hanya berada di dalam goa sekitar 45 menit. Karena sebenernya area tidak terlalu panjang, kita hanya akan berjalan memutar di dalam goa. Aku pun cukup lama di dalam karena mencoba mengambil foto-foto yang pas.
Tantangannya adalah suhu di dalam goa yang cukup panas, jalan yang licin, dan minimnya pencahayaan. Tapi itu menjadi keseruan tersendiri ketika berwisata ke tempat ini. Apa lagi disini kita bisa melihat salah satu hasil proses alam yang luar biasa dari stalagmite dan stalagtite di Goa Gong agar lebih mengingatkan kita kepada sang pencipta yaitu Allah Swt. Kemudian aku dan temanku keluar dari goa dan beristirahat sebentar di halaman area wisata goa gong. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dan pulang ke Solo.
0 comments