Pengalaman Terbang Bersama Sriwijaya Air
Sunday, February 21, 2016
Sriwijaya Air merupakan salah
satu maskapai penerbangan Indonesia yang melayani berbagai rute
penerbangan di Indonesia. Pertama kali naik pesawat Sriwijaya Air waktu dari
Lampung ke Solo beberapa tahun lalu. Sebenernya waktu itu niatnya cuma
mau naik bus AKAP, namun karena kehabisan tiket bus kelas executive dan kapok
naik bus kelas bisnis atau patas untuk Lampung Solo, akhirnya ya coba cari tiket
pesawat secara online dan pilihan jatuh ke Sriwijaya Air. Karena biasanya
memang kalo musim lebaran cari tiket bus atau pesawat memang harus jauh-jauh
hari, namun aku terlalu nyantai dan baru cari tiket beberapa hari sebelum
keberangkatan, ya akibatnya gak kebagian tiket.
Akhirnya beli tiket pesawat
Sriwijaya Air kelas ekonomi untuk rute Lampung-Jakarta-Solo. Kalo gak salah
waktu itu dapet tiketnya dengan 900 ribuan rupiah untuk rute tersebut, dengan
pemesanan secara online 2 hari sebelum keberangkatan. Karena dapetnya bisa
dibilang cuma tiket sisaan, pilihan transit terpendeknya yang tersisa adalah
transit 5 jam di Bandara Soekarno Hatta. Yang transitnya 2 jam atau 3 jam sudah
habis tiketnya. Berangkat jam 8.15 pagi dari Bandara Radin Inten II Lampung,
sampai di Bandara Soekarno Hatta 9 pagi. Waktu itu naik pesawat Boeing 737-500.
Take off nya standar, gak senyaman kalo take off naik A320-200 atau 737-800.
Kabin pesawat juga terasa lebih sempit. Pramugarinya terlihat cukup sopan, pada
pake jilbab dan celana panjang. Berangkatnya sesuai jadwal, gak ada delay.
Untuk penerbangan dari dan ke
Lampung, Sriwijaya Air memang katanya masih menggunakan Boeing 737-500 dan
Boeing 737-800. Dalam penerbangan, kita akan dapat snack dan segelas air
mineral. Tiket penerbangannya pun sudah termasuk membawa barang dalam bagasi
pesawat maksimal 20 kg. Waktu itu dapat roti isi yang cukup mengenyangkan dari
Sriwijaya Air. Namun penerbanganku dari Lampung ke Jakarta Januari lalu
snacknya dapetnya wafer tango kemasan sedang. Sampai di Bandara Soekarno-Hatta
jam 9 pagi sesuai dengan landing yang mulus. Nah yang aku bingung waktu itu,
mau ngapain nunggu pesawat selanjutnya sampai 5 jam sendiri. Akhirnya aku
putuskan untuk keliling Bandara Soekarno-Hatta, dari terminal 1, terminal 2,
dan juga terminal 3 meskipun hanya sampai bagian lobby-nya. Makan siang atau
nyicipin cemilan di Soekarno-Hatta, ngobrol ngalor-ngidul ama bapak-bapak orang
Palembang dan orang Cilacap, serta naik shuttle bus bandara sampe muter 2 kali.
Sampai akhirnya waktu untuk
bisa masuk boarding room Sriwijaya Air yang AC nya kurang kerasa dibandingkan
boarding roomnya terminal 3 atau boarding roomnya untuk penerbangan Garuda, aku
mulai masuk kesana dan menunggu. Baru sekitar 15 menit dapat pengumuman delay
45 menit. Yang harusnya jam dua siang berangkat. Ya udah nunggu lagi. Lalu 30
menit berselang, ada pengumuman delay lagi sampe akhirnya jam 15.30 baru disuruh
naik pesawat 737-800NG yang udah bersiap. Lalu masuk pesawat cari tempat
duduk yang disambut para pramugarinya dengan seragam merah-merah. Namun kali ini pramugarinya gak pada pakai jilbab, hanya seragam khas sriwijaya air. Mereka pun memberikan
pengumuman dan permintaan maaf atas keterlambatan yang terjadi. Lalu pesawat
take off menuju Solo.
Tempat duduknya tidak terisi
penuh, mungkin hanya sekitar 75%. Sangat berbeda waktu penerbangan Sriwijaya
Air Lampung-Jakarta yang penuh. Dapat snack lagi di atas pesawat dan sampai di
Solo pun sekitar jam 5 sore dengan selamat. Beberapa kali naik penerbangan
Sriwijaya Air Solo-Jakarta maupun sebaliknya, kursinya gak pernah penuh.
Mungkin hanya sekitar 70-90% saja tempat duduk yang terisi. Mungkin karena
banyaknya pilihan penerbangan dengan berbagai maskapai untuk rute Solo-Jakarta
maupun sebaliknya.
Terakhir naik pesawat Sriwijaya Air bulan Januari kemaren,
dan dalam cuaca yang kurang bersahabat. Take off-nya bener-bener bikin deg-deg
an. Hampir sepanjang penerbangan dari Soekarno-Hatta pesawat mengalami
berkali-kali turbulensi dan sangat terasa melakukan manuver merubah arah.
Bahkan para pramugarinya lebih banyak duduk dan memakai sabuk pengaman. Hanya
menjelang landing mereka berjalan untuk mengecek para penumpang. Aku pun terasa
sangat deg-degan. Landing di Adi Soemarmo pun dalam kondisi hujan deras. Bagitu
turun dari pesawat lututku terasa sangat lemas. Hahaha. Tapi alhamdulillah kami
bisa sampai dengan selamat, itu yang penting. Semoga Sriwijaya Air bisa
memberikan layanan lebih baik ke depannya. Semoga bermanfaat.
0 comments