Candi Ijo Jogja
Tuesday, September 13, 2016
Candi Ijo, mungkin bagi warga luar Jawa Tengah dan DIY, candi ini memang belum sepopuler prambanan maupun candi plaosan di sekitar daerah perbatasan Jogja dan Klaten ini. Candi yang dibangun sekitar abad 10 di era Kerajaan Medang atau Mataram Kuno, terletak di dataran tinggi di desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta dengan posisi di ketinggian sekitar 375 meter di atas permukaan laut. Bisa dibilang, candi ini adalah candi dengan letak paling tinggi di Jogjakarta. Posisi nya di dataran tinggi, mengingatkanku dengan candi cetho di Karanganyar. Namun candi cetho posisinya di dataran yang lebih tinggi.
Aku dah beberapa kali datang ke candi ijo. Pertama kali ke candi ijo sekitar 2 tahun yang lalu. Waktu itu datang pada siang hari. Untuk ke candi ijo akses penunjuk jalannya cukup jelas, sejak dari terminal prambanan ke arah tenggara ke pintu rel kereta api kemudian terus saja mengikuti jalan tersebut sampai nanti di kiri jalan ada papan penunjuk jalan ke arah candi ijo. Ikuti saja petunjuk jalan tersebut sampai ketemu lagi papan penunjuk selanjutnya ke arah jalan menanjak ke perbukitan. Dulu ketika memasuki jalan yang naik, kondisi jalannya sangat memprihatinkan. Harus ekstra hati-hati karena jalan menanjak, kondisi aspal rusak parah dan tidak terlalu lebar.
Namun beberapa waktu yang lalu, aku kesini jalannya sudah lebih halus dan dibeton sampai ke tebing breksi. Namun setelah tebing breksi, kita harus melawati kondisi jalan yang rusak sampai ke candi ijo. Bus berukuran besar, tidak disarankan untuk menuju kompleks candi ini, karena jalan tidak terlalu lebar dan jalan menanjak yang bisa membahayakan. Untuk bus ukuran medium masih memungkinkan, namun tetap harus hati-hati. Di depan kompleks candi ijo terdapat parkiran yang bisa digunakan untuk motor dan mobil. Untuk masuk ke area candi ijo kita tidak perlu membayar alias gratis. Cukup mengisi buku tamu di pos security. Area candi ini buka dari pagi hingga jam 6 sore.
Aku sendiri pernah bertanya kepada security kenapa diberi nama candi ijo. Katanya si karena ada salah satu prasasti yang menuliskan tentang letak candi ini yang berada di bukit atau gumuk ijo. Selain itu ketika ditemukan oleh warga dan para peniliti, candi ini dalam kondisi batunya diselimuti lumut hijau. Oleh karena itu kemudian candi ini disebut candi ijo. Candi ini kini dalam kondisi sedang direnovasi secara bertahap dan hati-hati. Sudah ada bagian 4 bangunan candi utama yang kondisinya sudah baik dan ada juga puing-puing candi yang sedang dalam proses pemugaran. Kalo udah jadi secara total, aku pikir candi ini bisa lebih banyak menarik wisatawan. Waktu pertama kali kesana, aku melihat beberapa orang yang melakukan pembersihan dan penyemprotan pada atap candi dari lumut yang sering tumbuh pada musim hujan.
Pengunjung candi ini paling banyak pada musim liburan dan juga akhir pekan pada sore hari. Beberapa waktu yang lalu, pas aku kesana juga sedang ramai karena akhir pekan dan cuaca yang cerah. Posisi candi yang terletak di dataran tinggi, membuat kita bisa melihat pemandangan yang cukup luas dan juga bisa memandang kota Jogjakarta seperti di Bukit Bintang Jogja. Angin yang bertiup pada sore hari juga sangat segar dan cocok untuk refreshing bersama teman dan keluarga. Apalagi dipadu dengan pemandangan matahari terbenam dan langit birunya ketika cerah. Membuat kita betah berada disini sebelum diusir satpam pada jam 6 sore. Selain itu dari sini juga kita bisa melihat dari jauh pemandangan pesawat yang take off dan landing di bandara adi sucipto jogja. Dari parkiran candi ini, pemandangan ke arah kota Jogja juga sangat menarik dengan udara yang berhembus cukup menyejukan. Kapan-kapan pasti aku mampir kesini lagi. Semoga bermanfaat.
0 comments