Mudik kemaren aku sengaja memilih naik pesawat terbang dibandingkan lewat jalur darat seperti biasanya. Baru pertama kali ini aku mudik lebaran ke Lampung naik pesawat. Biasanya aku lebih suka naik bis langsung dari Solo ke Lampung dan naik pesawatnya kalo arus balik. Atau naik pesawatnya ke Lampung kalo waktu liburnya tidak terlalu lama. Mungkin kemaren ini karena kesibukan di kantor jadi gak bisa cuti sebelum libur lebaran seperti biasanya. Tapi cutinya abis lebaran. Jadi takutnya kena macet panjang di jalan raya ketika libur lebaran di mulai yang biasanya jadi puncak kepadatan arus mudik. Jadi aku putuskan untuk naik pesawat untuk mudik kali ini. Dan kali ini untuk pertama kalinya aku naik pesawat Garuda Indonesia karena biasanya kalo ke arah lampung aku naik pesawatnya Sriwijaya Air maupun Lion Air. Jadi ini pengalaman pertamaku naik pesawat Garuda Indonesia.
Alasanku memilih untuk naik maskapai Garuda Indonesia karena waktu searching tiket pesawat selisih harganya dengan Sriwijawa Air dan Lion Air gak sampai 150 ribu rupiah. Bahkan dengan Lion Air cuma 50 ribu rupiah. Padahal biasanya selisih harganya lebih dari 500 ribu rupiah untuk tiket kelas ekonomi. Searching di beberapa aplikasi mobile tiket pesawat online aku cross check juga hampir sama harganya. Cuma selisih dikit dan skema promo diskonnya yang beda-beda. Meskipun jatuhnya juga harganya selisihnya gak terlalu jauh beda.
Waktu itu aku cari tiket mudik beberapa hari sebelum bulan puasa ramadhan. Dapet harga gak sampai satu juta rupiah untuk masing-masing penerbangan arus mudik dan balik di kelas ekonomi (SOC-CGK-TKG). Mungkin ini termasuk tiket promo garuda kali ya makanya bisa dapat harga segitu. Penerbangan kelas ekonomi ini pun penerbangan dengan sekali transit di CGK, karena memang belum ada penerbangan langsung dari Solo ke Lampung. Aku memilih penerbangan hari Sabtu beberapa hari sebelum hari raya idul fitri kali ini dengan jadwal take off dari Solo 14.15, transit 1 jam 15 menit di CGK, dan landing di Lampung 17.40 WIB.
Seperti biasa sebelum boarding, kita check in dulu di counter check in di Bandara. Tersedia juga online check in lewat website maupun app mobile garuda Indonesia. Tapi aku sengaja check in di bandara 45 menit sebelum boarding biar tau pelayanan di counternya. Di counter antrian check in Garuda Indonesia di Bandara Adi Soemarmo ada 3 antrian, yaitu untuk counter untuk member garuda Indonesia & skytrax, antrian untuk kelas business, dan antrian untuk penumpang kelas ekonomi. Petugas pun menjawab dengan ramah, dan aku aktif diajak ngobrol oleh petugas check in ini.
Dia pun menawarkan untuk memilih kursi di sebelah mana, lalu aku pun minta untuk yang dekat jendela dan sayap pesawat, dan dia pun memberikan kursi di 36K dan 37K untuk penerbangan ke CGK dan TKG. Baru kali ini naik pesawat kelas ekonomi, petugas bagian check in nawarin untuk memilih tempat duduk, biasanya gak pernah. Kadang kalo minta kursi tertentu malah keningnya langsung pada mengkerut. Setelah itu aku menuju area boarding menunggu keberangkatan pesawat. Kemudian pesawat GA227 ini berangkat ontime sesuai jadwal dengan take off yang smooth.
Ya namanya aku orang ndeso, pertama kali juga naik pesawat garuda ini aku banyak kepo supaya tau apa saja si kelebihan naik pesawat Garuda Indonesia dibanding maskapai lain khususnya untuk penerbangan Solo-Jakarta-Lampung dan sebaliknya karena harga tiketnya selalu lebih mahal daripada yang lain. Misalnya ternyata tersedia koran Indopos dan kompas di penerbangan ini meski jumlahnya terbatas. Sebelum take off, pramugari membagikan permen kepada para penumpang. Katanya si biar lebih rileks. Lalu jarak kursi antar penumpangnya yang masih cukup lebar dan nyaman, disediakan beberapa pilihan minuman bagi penumpang (gak diambil karena lagi puasa) dan waktu penerbangan dari Cengkareng-Lampung dan sebaliknya gak tersedia pembagian minuman ini, mungkin karena penerbangannya tidak terlalu lama.
Ada monitor di tempat duduk dengan pilihan berbagai informasi seputar penerbangan dan juga music, film, video, dan informasi wisata dalam beberapa bahasa dengan headset yang masih terbungkus plastik dengan kualitas suara yang cukup baik. Colokan headset, pengaturan volume video atau suara dari monitor, dan tombol next atau back ada di masing-masing kursi penumpang. Untuk balita yang dipangku orangtuanya, pramugari memberikan seat belt khusus dan juga head set bagi balita yang sedang tidur agar mereka lebih nyaman terutama ketika take off dan landing. Mereka juga memberikan hadiah bagi penumpang anak-anak yang duduk sendiri dan juga balita di dalam pesawat. Entah emang lagi promo, atau selalu dapet aku kurang tau.
Pada bagian bawah jendela pesawat ada saluran pendingin udara yang mengarah ke kaki jadi terasa lebih nyaman. Kabin pesawat bagian depan diperuntukan untuk penumpang kelas bisnis dan hanya dipisahkan dengan tirai. Tentu saja tempat duduk mereka jauh lebih nyaman. Penumpang kelas ekonomi juga dapet makanan yang isinya satu botol aqua dan dua pcs roti yang cukup bikin kenyang perut. Gak ada peragaan cara memasang alat keselamatan oleh pramugari maupun pramugaranya. Penumpang hanya menontonnya lewat monitor yang tersedia di kursi masing-masing. Yang aku paling suka adalah informasi penerbangan yang tersedia di kursi pesawat. Jadi penumpang diberikan informasi tentang pesawat sudah sampai mana, kecepatan terbang, perkiraan sampai dan durasi penerbangan, ketinggian terbang, dan informasi lain yang menambah pengetahuan orang awam sepertiku. Kalo dipikir-pikir pesawat yang digunakan sama-sama Boeing 737-800, sama dengan yang pernah aku naiki di Sriwijaya Air, Batik Air, dan Lion Air, tapi entah kenapa di kabin pesawat Garuda Indonesia ini terasa lebih nyaman.
Namun ternyata ada yang sama, yaitu delay. Ku kira naik pesawat Garuda Indonesia, gak akan terjadi delay, namun ternyata aku juga alami. Setelah sampai di Bandara Soekarno Hatta, kemudian turun di terminal 2F. Lalu aku menuju ke gate boarding F2. Nunggu transit hampir sejam, kemudian ada pengumuman pesawat garuda yang aku naiki (GA078) mengalami delay karena alasan operasional selama 15 menit. Dan ini gak cuma terjadi di penerbanganku. Ada penerbangan garuda yang lain menuju Indonesia Tengah dan Timur yang diumumkan juga mengalami delay yang cukup lama. Setelah itu kami disuruh naik. Begitu duduk di pesawat, ada pengumuman lagi dari pramugara bahwa penerbangan delay karena masalah operasional dan traffic bandara yang sedang padat. Tapi tidak diumumkan waktunya.
Waktu mau take off antrinya cukup lama, untuk menunggu gantian take off dan landing di landasan terbang. Bahkan aku liat ada beberapa pesawat besar maskapai asing dari Eropa yang baru sampai, namun belum bisa menurunkan penumpangnya selama lebih dari 30 menit karena mungkin sepertinya semua gate penuh. Akhirnya pesawat yang ku naiki berangkat juga setelah menunggu beberapa waktu dengan take off cukup smooth. Kalo diitung penerbangan ini delay sekitar 1 jam. Bayanganku tadinya mau buka puasa setelah turun dari pesawat, ternyata malah buka puasa di atas pesawat sesaat setelah take off. Jadilah pengalaman pertama kali buka puasa di pesawat terbang.
Sampai di bandara Radin Intan II Lampung hari udah gelap sekitar jam 18.50. Dengan landing yang gak terlalu smooth. Mungkin memang karakter lapangan terbangnya atau kurang panjang kali ya landasan terbang di bandara Lampung ini. Sehingga terasa sekali pengereman mendadak pesawat ketika roda mulai menyentuh landasan sehingga di dalam pesawat terasa badan kita terhentak. Waktu naik maskapai lain juga sama pengalamannya.
Tapi ketika penerbangan balik ke Solo naik GA073 dan GA228 tidak ada delay yang terjadi. Meskipun waktu transit di CGK ada pengumuman beberapa penerbangan Garuda yang lain yang mengalami delay di terminal 2F. Tapi yang agak nyebelin waktu check in di counter Garuda di Bandara Radin Inten. Ga seramah yang di Solo dan minta cariin yang duduk didekat jendela kalo ada, malah di taro di kursi deretan tengah pesawat. Padahal dia bilang tadinya ada dan bisa. Tapi ya sudahlah. Mungkin Dia Lelah. Dari beberapa kali delay yang aku alami di CGK, aku jadi ambil kesimpulan kalo bandara Soekarno-Hatta daya tampungnya sudah tidak cukup untuk menangani traffic penerbangan yang sudah sangat padat. Jadi bukan hanya manajemen di maskapainya yang perlu diperbaiki. Terutama ketika waktu-waktu sibuk seperti lebaran ini. Mungkin juga ketika masa liburan. Semoga masalah ini bisa segera diatasi. Semoga terminal 3 ultimate bisa segera di pakai. Dan semua terminal di bandara soekarno-hatta bisa dirombak bertahap jadi lebih nyaman dan terintegrasi lebih baik lagi seperti HKIA atau Changi-lah, dengan manajemen yang lebih baik lagi. Semoga bermanfaat.