Setelah mengunjungi Lawang Sewu,
aku kemudian berkendara menuju masjid yang menjadi kebanggaan masyarakat Jawa
Tengah yaitu Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Ini kedua kalinya aku mampir di area
masjid terluas di Jawa Tengah ini. Pertama kali ke MAJT sekitar 10 tahun lalu
waktu liburan nenangin diri dari gempa bumi di Jogja, diajak salah seorang
teman baikku ke masjid ini. Secara umum tidak banyak perubahan signifikan,
hanya terlihat di beberapa sudut area masjid mulai termakan usia dan kurang
perawatan yang teliti. Alhamdulillah, Allah Swt. masih kasih aku umur untuk
mengunjungi kembali masjid ini. Sengaja datang waktu solat Asar sekalian solat
Asar kemudian nikmati suasana sore di area masjid ini sampai magrib.
Untuk menuju Masjid Agung Jawa
Tengah ini ada beberapa jalan yang bisa dilewati, tergantung dari mana arah
kita datang. Kalo bingung tinggal tanya warga Semarang, mereka akan memberikan
petunjuk jalannya dengan ramah. Atau kalo dari Simpang Lima bisa pilih jalan di
sebelah swalayan Matahari, kemudian lurus saja mengikuti petunjuk jalan arah
Purwodadi sampai nanti ada petunjuk jalan belok kiri ke arah MAJT. Kalo bingung
tinggal liat ke arah menara Masjid Agung Jawa Tengah yang menjulang tinggi dan
mulai terlihat ketika kita berkendara ke arah masjid ini yang bisa kita
kira-kira. Aku sendiri cuma meraba ingatanku waktu dulu pernah ke masjid ini. Masih
bingung juga? Tinggal buka Google Map.
Begitu sampai di area masjid,
kita bisa melihat luasnya area parkir masjid ini. Kita bisa parkir dekat pintu keluar
atau di parkiran di bawah area bangunan halaman utama masjid. Parkirnya luas,
bahkan bus-bus ukuran besar bisa dengan mudah parkir disini. Masjid ini terbagi
atas beberapa bangunan, seperti bangunan utama masjid, gedung serbaguna dan pusat
pengelolaan masjid atau kegiatan masjid, menara utama dan museum masjid,
parkiran, penginapan, dan juga food court serta pusat oleh-oleh. Yang paling
menarik dari hotel ini adalah beberapa payung raksasa di halaman utama masjid
yang mungkin tidak kita temukan di masjid lain di Indonesia. Desainnya katanya mirip
dengan payung raksasa di halaman Masjid Nabawi di Arab Saudi. Payung ini
berfungsi untuk menjaga para jamaah dari terik matahari. Payung raksasa ini
katanya hanya dibuka pada waktu Solat Jumat, Solat Idul Fitri dan Idul Adha.
Dengan catatan, kecepatan angin pada waktu tersebut tidak terlalu kencang.
Selain itu, terdapat pula menara
masjid yang terpisah dari bangunan utama masjid dengan tinggi yang katanya setara
gedung berlantai 19. Menara masjid ini dibuka untuk umum dari pagi hingga sore
kemudian tutup sebentar, lalu buka lagi setelah jam salat isya sampe jam 9
malem. Tersedia teropong yang bisa digunakan dengan memasukkan koin uang ke dalamnya
untuk melihat pemandangan dari menara tersebut. Salah satu tempat yang cocok
untuk melihat area masjid dan kota Semarang dari atas ketinggian. Di menara ini
juga terdapat museum dan restoran yang bisa dinikmati oleh para pengunjung.
Untuk naik menara ini pengunjung membayar biaya Rp.7000 di loket yang
tersedia di lantai bawah. Aku sendiri naik sebentar ke manara masjid ini sambil
menunggu magrib.
Arsitektur bangunan utama masjid
ini secara umum mirip masjid di Jawa pada umumnya, terutama bagian atap
masjid. Hanya saja lebih besar dan modern ditambah gaya arsitektur Islami pada
sudut-sudut atapnya. Daya tampung jamaah masjid ini pun cukup besar, apalagi
kalo halaman masjid juga dipakai, pasti banyak banget jamaah masjid yang
ditampung. Di bagian dalam masjid terdapat Al Quran yang berukuran besar
sekitar 145 x
95 cm² dan juga bedug masjid. Di luar masjid pun terdapat
bedug, namun tidak sebesar yang di dalam masjid. Kegiatan syiar di masjid ini
cukup aktif apalagi karena luasnya area ini jadi bisa dimanfaatkan untuk
kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat. Tempat ini benar-benar dikonsep sebagai
obyek wisata religi utama di Jawa Tengah.
Pada waktu sore hari, apa lagi
akhir pekan, masjid ini banyak dikunjungi warga sekitar Semarang yang ingin
menikmati suasana sore bersama keluarga dan juga para wisatawan sambil menikmati
pemandangan masjid dengan latar matahari terbenam. Banyak juga muda mudi yang
berfoto, para fotografer dengan gearnya, maupun komunitas hobby yang berkumpul
di area masjid ini. Halaman masjidnya menjadi area terbuka umum yang cukup
nyaman bagi para pengunjung masjid agung jawa tengah ini. Apa lagi jelang sore kemaren
dengan hembusan angin yang cukup bikin rileks. Jadi bernostalgia waktu 9 tahun
lalu kesini. Kemudian waktu azan magrib tiba, para jamaah bersiap untuk
melakukan solat magrib. Setelah solat magrib, kemudian aku ambil foto sebentar
menikmati blue hours setelah sunset dengan cuaca yang cerah. Lalu aku ke
parkiran dan melanjutkan perjalanan ke arah simpang lima. Senang bisa kembali
mengunjungi masjid ini lagi. Semoga bisa mengunjungi masjid-masjid lain di
Indonesia dan di luar sana tentunya. Semoga … aminn…