Setelah mengunjungi tempat wisata di sekitar tabanan, kemudian aku menuju area Sanur untuk check in di hotel yang sudah aku pesan sebelumnya, yaitu Grand Inna Bali Beach Hotel & Resort. Sengaja cari hotel yang pinggir pantai dan berharap bisa menikmati sunrise di pinggir pantai besok harinya dan katanya Sanur adalah salah satu tempat di Bali yang cukup direcomended. Waktu menuju hotel ini sempat agak nyasar karena gps nya ngaco, terus nanya orang di warung baru dapat lokasinya. Sampai sana kemudian masuk dan terlihat kalo hotel ini sangat luas dengan konsep resort dan hotel.
Lalu check in dibangunan berbentuk joglo, bukan di bangunan tower hotelnya. Karena katanya ada tiga lokasi yang bisa digunakan untuk check in di hotel yang luas ini. Ternyata waktu check in sekitar jam 4 sore, melihat beberapa kejadian kurang mengenakan. Ketika antri check in, ada beberapa antrian tamu dari luar negeri. Mereka agak marah-marah karena kamar yang diberikan tidak seperti yang dideskripsikan pada gambar yang tercantum di salah satu app booking hotel ternama. Bahkan mereka sampai menghubungi cs app tersebut untuk kompalin dan minta ganti kamar atau uang dikembalikan. Tamu lain juga kemudian complain hal yang sama.
Waktu giliranku check in ternyata juga aku mengalami hal sama. Ternyata kamar standar yang aku pesan bukan berada di tower utama hotel ini, namun dibangunan rumah-rumah kecil di kompeks hotel ini. Kamarnya memang lebih luas dan lebih private. Jadi ternyata kamar standar yang dipasang gambarnya di app booking online tersebut tidak menyebutkan bahwa kamar terpisah jauh dengan tower utama hotel. Hanya ada foto kamar bagian dalamnya dan juga bangunan tower utama Grand Inna Bali Beach. Jadi yang booking pasti akan mengira itu dari bangunan yang sama. Resepsionis menjelaskan bahwa untuk kamar di hotel utama rata-rata ratenya jauh lebih mahal dan urusan pemasangan foto di web dan aplikasi ada di tim marketing. Resepsionis tidak tau sama sekali katanya gitu. Aku mencoba gak terpancing emosi, karena kemudian ada juga bule yang abis liat kamarnya terus minta balik lagi ke lobby check in dan protes. Aku pikir ya sudahlah, dinikmati aja apalagi kaki udah pegel. Aku pesan kamar standar tanpa sarapan, karena pagi harinya mungkin bakal sibuk motret dan jalan-jalan pagi.
Setelah urusan check in selesai, aku kemudian diantarkan ke kamar. Kalo yang gak bawa kendaraan diantar pake mobil golf. Kalo yang bawa kendaraan bisa mengikuti mobil golf dan parkir kendaraannya di depan kamar persis. Menurut resepsionisnya, kamar yang aku pesan ini berada di area resort Grand Inna Bali. Satu bangunan hanya berisi satu kamar atau dua kamar, sehingga lebih private dan ruangan kamarnya lebih luas. Jadi kayak kita sewa villa dipinggir pantai. Kemudian di kasih kunci yang ternyata masih kunci kayak di kamar kost an. Begitu masuk kamar, kamarnya memang luas dan tempat tidurnya twin bed. Gak ada pilihan double bed di kelas kamar ini. Namun isinya lumayan lengkap, kamar mandinya pun cukup luas dengan bath up. Interiornya jadul dan bau kayu rumah yang jarang ditempati.
Setelah itu aku pun berjalan kaki menuju pantai yang berjarak sekitar 50 meter dari kamar. Menjelang bibir pantai tiba-tiba perasaan ku aneh ketika menginjakan kaki di bangunan kamar yang paling dekat pantai, begitu lihat bagian depannya ada sesajen dan lukisan nyi roro kidul sepertinya. Gak nyangka, ternyata masih nemu ginian juga di hotel luar Jawa. Sampai pantai kemudian jalan-jalan keliling pantai, meskipun bukan spot sunset, tapi sore itu warna langit cukup indah meskipun malam harinya hujan. Padahal weekend, tapi pantai ini ternyata tidak terlalu ramai di sore hari. Aku pun berkeliling hotel dan pantai depan hotel.
Hotel plat merah yang berkonsep resort pinggir pantai ini memang sudah tua dan sepertinya sudah melewati masa jayanya. Banyak sekali kamar kosong, karena kapasitas tamu hotel ini memang sangat banyak. Dibangunan tower utama pun terlihat beberapa sudut bangunan rusak, dan banyak sekali kamar kosong. Benar-benar mulai termakan usia. Fasilitas hotel ini sebenarnya sangat lengkap dan gak diragukan lagi, namun mulai kurang terawat. Bagian yang ramai hanya kolam renang, tempat berjemur, dan kafe di pinggir pantainya. Ada jalan setapak yang menghubungkan pantai-pantai di Sanur ini dan penginapan-penginapan lain di wilayah pantai sanur. Karena sudah malam hari dan kaki sudah pegel, aku kembali ke kamar lalu berendam di bath up. Gak keluar dari kamar lagi sampe subuh biar istirahat untuk besok harinya dan juga menikmati tv dan wifi di kamar.
Abis solat subuh, nyiapin kamera dan kemudian jalan kaki menyusuri pinggir pantai sampai pantai karang sanur untuk menuju spot sejuta umat di sanur buat motret sunrise. Ternyata garis pantainya lumayan panjang dan spot utamanya lumayan jauh, jadi lumayan bikin pegel kaki. Para pengunjung mulai berdatangan ke pantai Sanur dan jauh lebih ramai dari pada sore harinya. Kebanyakan datang untuk jogging, bersepeda, menikmati pagi, maupun jalan-jalan bersama keluarga. Ada juga beberapa rombongan yang mau ke pulau nusa penida naik kapal boat dari pantai sanur ini. Aku juga baru sadar ternyata banyak sekali hotel yang langsung ke bibir pantai selain Grand Inna. Mungkin lain kali kalo main ke Bali nginep disalah satu hotel ini, dan ternyata ada hotel plat merah lain juga di area ini.
Selesai motret, kemudian balik ke arah hotel Grand Inna lagi terus nongkrong di bagian dermaga boat di depan area hotel sebelah kiri sambal menikmati matahari pagi dan istirahatin kaki. Oya, di area pantai ini juga ada beberapa lokasi titik persewaan sepeda dengan harga yang masih cukup wajar. Sekitar jam 9 pagi, aku balik ke kamar terus berendem lagi. Sayangnya busa sabun di bath up kurang berbusa dan keran tiba-tiba mengalir kurang lancar. Kemudian siap-siap untuk check out. Jam 11 an siang ke lokasi check out, ambil uang jaminan kamar, ngembalikin kunci, terus cuss cari makan siang. Itu aja pengalaman menginap di hotel Grand Inna Beach Sanur. Semoga bermanfaat.