Pengalaman pertamaku naik
pesawat Lion Air agak kurang menyenangkan. Karena waktu pertama kali mau naik
pesawat ini, jadwal penerbangannya sampai delay sekitar 90 menit. Waktu itu
untuk penerbangan siang hari dari Bandara Soekarno-Hatta ke Adi Soemarmo Solo
bersama rekan kerjaku karena baru pulang dari urusan pekerjaan. Apalagi waktu
itu kondisi badan memang dalam posisi lelah. Jadi nunggu pesawat 90 menit di
Terminal 3 agak bikin kesel. Tapi ya mau gimana lagi, karena sudah pesan
tiketnya ya dinikmati aja. Karena aku pernah nunggu bus executive AKAP sampai 5 jam, jadi
nunggu 90 menit ya dinikmati aja.
Tapi gara-gara naik penerbangan tersebut jadi ngerasain sih pesawatnya barunya Lion Air Boeing 737-900ER yang pesawatnya
terasa lebih panjang tapi tempat duduknya entah kenapa terasa lebih sempit.
Mungkin karena jumlah daya tampung penumpangnya lebih banyak dari Boeing
737-800NG. Kata rekan kerjaku keterlambatan pesawat Lion Air di bandara-bandara
Indonesia yang sibuk sudah sering terjadi. Bahkan dia pernah ngalami delay lebih dari 2 jam untuk penerbangan Lion Air dengan rute yang sama.Tapi meskipun
demikian masih banyak yang mau naik maskapai penerbangan ini. Ya tentu saja
karena harga tiketnya terkadang cukup relative ramah di kantong.
Lion Air merupakan salah satu
maskapai yang kini semakin diperhitungkan di Indonesia. Maskapai yang masih dalam satu grup dengan Batik Air dan Wings Air ini memang
terkenal cukup kontroversial. Dan semakin dikenal bukan hanya karena tiket
murahnya namun juga kelakuan-kelakuan oknum-oknum karyawannya,
kejadian-kejadian tak terduga dengan armada pesawatnya, maupun keluhan-keluhan
penumpang yang banyak di blow up di social media. Namun sepertinya pihak Lion
Air memanfaatkan berita-berita tersebut cukup baik menjadi viral marketing yang
membuatnya semakin banyak dikenal di masyarakat Indonesia secara positif maupun
negatif.
Bahkan dunia penerbangan
internasional sempat dibuat tercengang dengan belanja besar-besaran yang
dilakukan Lion Air dengan membeli ratusan pesawat baru dari perusahaan pembuat
pesawat Boeing, Airbus, dan ATR. Investasi yang mencengangkan berbagai pihak dan
masih menjadi kontroversi sampai sekarang karena banyak orang semakin
bertanya-bertanya siapa sebenarnya pemodal Lion Air, apakah hanya pemiliknya
yang sekarang atau ada investor lain dibalik rencana pengembangan bisnis Lion
Air yang signifikan. Hampir tiap tahun Lion Air membuka layanan rute-rute
penerbangan baru dengan bertambahnya armada pesawatnya tiap tahun.
Pengalamanku selanjutnya naik
Lion Air, alhamdulillah belum pernah ngalami delay lagi. Terakhir bulan Januari
yang lalu untuk penerbangan Lion Air dari Solo ke Lampung untuk mengantar mama
ku pulang ke Bandar Lampung dan sekalian ngabisin jatah liburan tahun lalu yang
masih sisa. Tapi bukan penerbangan langsung dari Solo ke Lampung, namun transit
sekitar 2 jam di Bandara Soekarno Hatta. Jadi naik Lion Air dari Solo-Jakarta
lalu penerbangan Lion Air dari Jakarta-Lampung. Harga tiketnya waktu itu dapet sekitar 1,2 jutaan rupiah untuk dua
orang di kelas ekonomi sudah termasuk bagasi, lewat pemesanan tiket pesawat
secara online seminggu sebelumnya.
Untuk Solo-Lampung memang
belum ada penerbangan langsung, pasti transit di Jakarta. Jadi pilihan
terbaiknya aku selalu cari penerbangan transit yang masih satu maskapai, karena
kalau di penerbangan sebelum transitnya delay, dan penerbangan selanjutnya gak
delay, biasanya pihak maskapai akan tetap bertanggungjawab dan memindahkan ke
penerbangan selanjutnya. Katanya si gitu, tapi faktanya gak tau deh. Tapi
biasanya penerbangan transit dalam satu maskapai sudah diperhitungkan waktunya
untuk antisipasi hal-hal soal keterlambatan. Tapi ya kurang paham juga. Alhamdulillah
selama ini kalau penerbangan dari Solo-Lampung maupun sebaliknya tetep lancar,
paling delay pas di bandara Soekarno Hatta.
Waktu itu pas pesawat Lion Air
Jakarta-Solo nya naik pesawat jenis Boeing 737-900ER. Sedangkan dari
Jakarta-Lampung dapat jenis pesawat yang Boeing 737-800. Berangkatnya ontime
sesuai jadwal sekitar jam 13.45 kayaknya, dan gak ada delay. Semua tempat duduk terisi.
Take off nya terasa cukup smooth dan nyaman, cuma pas landingnya agak kurang
nyaman. Penerbangan kelas ekonomi Lion Air gak dapet makan atau snack, kayak
Sriwijaya Air atau Garuda jadi jangan lupa bawa cemilan kalo penerbangan agak lama
atau beli sama mbak pramugari atau mas pramugaranya yang berseragam ala-ala batik khas Lion
Air selama penerbangan. Penerbangan dilakukan dalam waktu sekitar 55 menit.
Sampai di Soekarno-Hatta juga
ontime sesuai jadwal hanya saja agak merepotkan karena harus pindah terminal.
Karena untuk penerbangan Lion Air dari dan ke Soekarno-Hatta dari Jogja dan
Jawa Tengah lewatnya terminal 3 sedangkan untuk penerbangan Soekarno Hatta ke
Bandara Radin Intan ada diterminal 1. Jadi setelah turun dari pesawat menuju ke
ruang tunggu untuk transit lalu nunggu bus maskapai Lion Air yang akan
menjemput untuk dibawa ke Terminal 1 Bandara Soekarno Hatta. Tapi aku harap ini
cuma sementara karena pembangunan dan perluasan Terminal 3 Soekarno Hatta yang
masih terus dilakukan. Waktu nunggu bus, bus berjalan, dan jalan kaki ke area
pemeriksaan sebelum ruangan boarding sekitar 30 menit.
Setelah turun dari bus lalu
jalan kaki ke area boarding Terminal 1 Soekarno Hatta yang AC nya dari dulu gak terlalu kerasa, kemudian nunggu duduk bentar dan istirahat buat ke WC dan solat Asar. Lalu 40
menit sebelum pesawat berangkat tiba-tiba ada informasi perubahan gate, tadinya
jadwal digate 1 pindah ke gate berapa belas gitu yang paling ujung, jalannya cukup jauh dan bikin
keburu-buru. Apa lagi mamaku kondisi kakinya memang kurang baik. Tapi ya mau
gimana lagi. Akhirnya kami jalan kaki ke gate tersebut bersama para penumpang
lain yang akan naik pesawat tersebut. Lalu pesawatpun diberangkatkan sesuai
jadwal. Semua tempat duduk terisi. Selama di penerbangan cukup banyak terjadi
turbulensi karena cuaca tidak terlalu cerah dan di sore hari. Waktu landing sangat
tidak nyaman, karena tiba-tiba rasain kayak duduk di dalam mobil dalam kecepatan
tinggi kemudian ada polisi tidur yang tinggi tapi tetap dilibas dengan
kecepatan tinggi. Kebayang kan? Tapi Alhamdulillah yang penting selamat sampai
tujuan. Sampai di Bandara Radin Inten Lampung sekitar jam 5 sore sesuai jadwal.
Aku sekitar seminggu di Bandar Lampung kemudian berangkat lagi ke Solo dengan
penerbangan Sriwijaya Air untuk rute Lampung-Solo yang juga pake transit.