Malam hari di bulan Ramadhan 2009, seminggu sebelum hari raya Idul Fitri, bus Putra Remaja berwarna biru dengan motif gambar Spiderman dibodi nya yang ku tumpangi, menabrak bus kota mogok yang sedang ditarik oleh mobil box milik salah satu franchise mini market di daerah Krapyak, Semarang. Tabrakan beruntun pun tak bisa dihindari. Rem yang kurang pakem, jalan yang licin karena hujan, dan sopir bus yang lagi cengar cengir di dalem bus membuat kecelakaan ini terjadi. Ini lah pengalaman kedua ku, bus yang ku tumpangi mengalami kecelakaan. Bahkan lebih parah. Hal ini pun membuatku semakin kesal, karena lutut kananku mengalami cedera, apalagi karena sebelumnya aku menjadi korban ketidakprofesionalan agen resmi PO Putra Remaja di Solo dan Semarang. Bagaimana tidak, ternyata aku diberi tempat duduk yang telah menjadi jatah agen Solo, malah si agen Semarang ini memberikan tempat duduk di nomer yang sama kepada orang lain. Berhubung penumpangnya cewek, jadi aku dipaksa mengalah oleh agen perwakilan Semarang untuk pindah tempat duduk di kursi paling depan di tengah, di sebelah sopir.
Menurut beberapa penumpang lain, hal ini sering terjadi antara agen resmi Solo dan Semarang, dan yang menjadi korban tidak lain adalah penumpang. Padahal itu pengalaman pertama ku naik bus Putera Remaja dari Solo, karena dah 3 tahun terakhir aku menggunakan jasa bus eksekutif Putera Remaja untuk mudik ke kampung halamanku dari dan ke kota Yogyakarta. Dari tiketnya masih 160 ribu sampai dengan 310 ribu karena tuslah lebaran untuk jurusan Lampung-Jogja maupun sebaliknya. Kalau gak salah sekarang tarif normalnya sekitar 250-265rb untuk bus eksekutif jurusan Lampung-Jogja, Lampung-Solo maupun sebaliknya. Setelah kecelakaan terjadi polisi datang dan menginvestigasi para sopir dan saksi mata di tempat. Sopir bus pun lari entah kemana. Tinggal kernetnya. Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan dengan sopir pengganti dan polisi mengawal sampai ke restoran Sari Rasa untuk memastikan bus akan di ganti, karena kondisi bus yang penyok bagian depan dan kaki-kaki bus bagian depan yang sudah terasa tidak sangat nyaman.
Aku pun masih duduk di depan, memegangi lututku yang memar sambil ngobrol dengan polisi yang mengawal. Untuk pertama kalinya aku naik bus pakai seat belt sebagai penumpang karena aku masih sedikit trauma dan kecelakaan yang membuat rem bus semakin kurang baik, bus pun dipacu sangat pelan.Akhirnya pun kami dipindah ke bus Putra Remaja lain yang memang sudah disiapkan di rumah makan Sari Rasa. Perjalanan pun di lanjutkan, setelah terhambat hampir tiga jam. Hampir semua anggota keluargaku dan teman-temanku dari Lampung jika bepergian ke Jogja, bus Putra Remaja menjadi pilihan utama. Bus dengan armada ber plat AB dan B ini telah melayani rute Jogja-Lampung dan sebaliknya sudah cukup lama, kalau tidak salah dari era 1980an. Pelanggan setia nya pun cukup banyak, terutama mereka para perantauan yang biasa bolak balik Jawa-Lampung. Tidak ada armada non ac atau ekonomi di PO Putra Remaja, tapi gak tau juga kalau dulu. Yang masih ada hanyalah armada kelas VIP dan Eksekutif. VIP lebih mirip bus patas AC atau bisnis pada kelas armada bus lain. Rute terjauh untuk Putra Remaja, yaitu jurusan Solo-Jambi dan sebaliknya.
Rute bus biasanya melalui jalur Selatan dan jalur pantai utara Jawa. Dan terkadang mengambil jalur tengah sebagai alternatif. Kantor pusatnya ada di Demak Ijo, Ring Road Yogyakarta. Bus ini tergolong salah satu paling nyaman untuk rute Jogja-Lampung dan sebaliknya kalau dapet armada-armada yang masih lumyan baru, kalau yang armada lama, sudah tidak meyakinkan lagi, karena biasanya cendurung kurang on time dan kemungkinan mogok lebih besar. Daerah tujuan di Lampung pun banyak tercover karena tidak cuma sampai terminal Rajabasa. Biasanya dengan tiket bus eksekutif yang dibayarkan, penumpang akan mendapat kursi recycling seat yang cukup nyaman, dan jarak antar kursi depan dan belakang yang cukup lebar, toilet di dalam bus tentu saja, AC, bantal, selimut, snack satu kali, dan makan di salah satu restoran pemberhentian. Biasanya di rumah makan Lestari, jika lewat jalur selatan, dan rumah makan Sari Rasa di Weleri jika lewat jalur pantura. Ketika dalam perjalanan, rata-rata supir bus armada ini paling tidak suka jika berada di belakang truk besar atau truk panjang, jika hal tersebut terjadi mereka langsung menyalip truk tersebut. Rata-rata bus ini dipacu tidak terlalu kencang, namun cukup cepat dan stabil, meski ada juga yang beberapa suka memacu kencang bus nya, namun tidak ugal-ugalan. Lama perjalanan dari Lampung ke Jogja maupun sebaliknya sekitar 20-24 jam sudah termasuk 2,5 – 3,5 jam penyeberangan ferry di Selat Sunda.
Bus dengan armada rakitan Adi Putro, Morodadi Prima, dan New Armada ini cukup populer di kalangan siswa dan mahasiswa perantauan di Semarang dan Jogja yang berasal dari Lampung. Biasanya bus ini menjadi pilihan pertama yang digunakan untuk mudik, jika tidak kebagian tiketnya baru mereka mencari alternatif lain. Tidak heran jika menjelang hari raya lebaran, agen sudah membuka pemesanan tiket satu bulan sebelumnya. Karena jika tidak pasti tidak akan kebagian bus eksekutifnya. Jangan kaget kalau naik bus ini pas lebaran, isinya wajah muda para generasi muda perantauan dari Sumatra. Namun ada juga yang lebih suka menggunakan jasa PO Puspa Jaya maupun Rosalia Indah dibandingkan Putra Remaja, kemungkinan karena pengalaman mereka yang pernah kecewa dengan pelayanan Putra Remaja. Memang soal pelayanan terhadap penumpang, PO ini memang sekarang cenderung kurang stabil, tidak seperti dulu. Ya begitu lah menurutku dan pendapat beberapa teman-temanku yang masih menggunakan jasa bus ini, terutama ketika musim mudik lebaran.
Armada bus ini biasanya berangkat di atas jam satu siang, tergantung tujuan. Paling sore jam 16.00 untuk jurusan Yogyakarta-Lampung. Sedangkan jika dari Lampung itu pun tergantung daerah keberangkatannya. Kalau dari Metro biasanya jam 2 siang. Armada ini lebih terkenal di kalangan penumpang dari Metro dan Bandar Jaya. Karena penumpangnya tidak dipindah ke bus Putra Remaja yang lain di Bandar Lampung, tidak seperti Rosalia Indah dan Puspa Jaya yang terkadang akan memindahkan para penumpangnya ke bus lain ketika sampai di Bandar Lampung yang masih satu armada sebelum berangkat ke Jawa. Seperti namanya Putra Remaja, jika musim lebaran dan musim libur panjang sekolah, penumpangnya biasanya adalah para siswa dan mahasiswa yang mudik, atau biasanya orang tua yang mau menengok anaknya di Jawa. Di bus ini pun biasanya menjadi ajang reuni bagi para perantauan ini. Saya yakin banyak cerita dan memori yang dialami berbagai penumpang yang menggunakan jasa bus ini. Bahkan tidak sedikit yang bertemu dengan lawan jenis yang kemudian menjadi pasangan hidupnya di bus ini, meskipun ada juga pengalaman pahit yang sangat ini dilupakan karena naik bus armada ini.
Aku sendiri menggunakan jasa bus ini semenjak tahun 2005 dan cukup setia sampai 2008 ketika masih merantau di Jogja, sampai akhirnya aku pindah ke Solo akhir tahun 2008. Terakhir menggunakan jasa armada ini tahun 2010, dari Metro ke Solo. Itu pun sangat mengecewakan, gak dapet bantal, gak dapet snack, bus yang tidak on time, armada tua, di perjalanan pun terasa kurang nyaman. Namun dari tahun 2009 hingga sekarang aku lebih sering menggunakan jasa bus dari PO Rosalia Indah karena pelayanannya cenderung lebih stabil. Tidak dapat dipungkiri, Putra Remaja telah memberiku banyak kenangan yang indah, sedih, dan buruk. Yang paling ku kenang selain soal kecelakaannya adalah waktu mudik bareng temen-temen seperantauan, bus rasanya seperti milik sendiri. Kami sadar kalau kami waktu itu cukup mengganggu kenyamanan penumpang bus yang lain, karena kami cukup berisik dan asik sendiri.
Tiga kali aku mendapat pengalaman bus Putra Remaja ”mogok” di perjalanan, yang 2 kali hanya sebentar , sekitar 30 menit. Sedangkan yang satu lagi sekitar 6 jam. Waktu itu mogok tepat di depan gerbang tol Kalihurip pas dapet bus PR berwarna biru bermotif balon udara dan bermesin Scania. Masalah perseneling menjadi penyebab utamanya. Parahnya kerusakan waktu itu membuat kami harus menunggu bus pengganti yang tiba cukup lama, akhirnya aku tiba di terminal Jombor Yogyakarta pukul 23.30 padahal biasanya aku sampai kota Jogja antara jam 11 siang sampai jam 3 sore. Beruntung waktu itu ada teman baik yang mau menjemput ku di terminal. Hal itu terjadi waktu abis lebaran tahun 2007 aku berangkat kembali ke Jogja setalah mudik lebaran. Di atas bus Putra Remaja bermesin Scania dengan bodi Adi Putro tersebut di depan agen resmi PO Putra Remaja di Metro, itulah terakhir kali melihat Ayah ku sebelum tiga bulan kemudian beliau meninggal di Mekkah. Aku tidak menyangka waktu itu menjadi senyuman terakhir beliau yang ku lihat langsung dari atas bus. Seorang sosok ayah yang selalu membimbingku dan menjadi panutan ku.
Armada bus Putra Remaja sekarang menggunakan gambar penguin di bodinya. Untuk armada ada yang baru dan masih banyak juga menggunakan armada lama yang ganti menggunakan bodi baru dan warna baru, namun masih ada yang masih menggunakan gambar armada lama yang khas dengan bebek terbang atau bangau ya itu? Armada bus eksekutif yang paling baru ku lihat menggunakan body new marcopolo dan juga jupiter li., bahkan ada beberapa unit yang menggunakan bodi Proteus. Tapi ada juga bus pariwisatanya yang sudah menggunakan body Jet Bus dari Adi Putro. Bus memang menjadi pilihan utama moda transportasi umum para perantauan dan penumpang dari berbagai kalangan Lampung menuju Jogja dan sekitarnya sudah cukup lama. Karena hanya ada pesawat sebagai moda transportasi lain. Namun relatif mahal, dan belum ada penerbangan langsung tanpa transit untuk jurusan ke arah Jawa Tengah, Jogja, dan Jawa Timur, serta letak bandara yang kurang strategis sehingga tidak bisa menjangkau wilayah Lampung yang luas. Karena tidak mungkin pula naik kereta, karena harus menyeberangi Selat Sunda. Tidak pula naik kapal laut karena rute yang berbahaya dan waktu tempuh yang cukup lama. Akhirnya bus menjadi alternatif utama untuk solusi tersebut. Jika jembatan Selat Sunda memang jadi di bangun, pasti akan lebih memudahkan transportasi antara Jawa dan Sumatra. Ya semoga aja jadi dan gak ambruk.
sumber foto : website bismania
sumber foto : website bismania