Tiap kita belanja di toko atau swalayan, kita pasti akan mendapat plastik kresek atau paper bag dengan beraneka ragam bentuk dan warna. Dari yang menggunakan bahan yang mudah didaur ulang maupun dari plastic yang kini marak diberitakan mengandung bahan kimia berbahaya. Apa pun itu dalam segi marketing hal itu dapat digunakan secara maksimal sebagai salah satu promotion tools. Dalam hal ini terutama paper bag. Paper bag yang terbuat dari bahan kertas tentu (tergantung permintaan) digunakan oleh berbagai macam perusahaan untuk meningkatkan awareness masyarakat mengenai produk atau mereknya. Biaya pembuatannya pun relative lebih rendah, apalagi jika dipesan dalam jumlah yang banyak. Maka harga per buahnya akan semakin rendah.
Meskipun peranannnya kadang diremehkan, namun benda ini secara tidak langsung dapat digunakan dalam kegiatan promosi perusahaan. Terutama ketika kegiatan event tertentu, pameran, atau semacamnya dilakukan. Sebagai contoh : dalam suatu pameran yang cukup besar dan ramai dikunjungi orang, papar bag dapat menjadi alat branding yang secara tidak langsung meningkatkan awareness para target market khususnya pengunjung pameran tersebut. Paper bag yang dibuat dengan desain yang menarik, karakter logo produk atau merek yang kuat, serta warna yang menarik, paper bag tersebut akan menarik perhatian banyak orang. Pasti mereka bertanya-tanya dalam hati, “eh paper bag nya bagus, tu orang-orang dapet dr mana ya?” kemungkinan itu lah yang akan dipikirkan orang-orang.
Selanjutnya mereka akan mengunjungi stand yang membagikan produk tersebut dan mencari informasi tentang barang atau jasa yang ditawarkan. Paling tidak mereka akan membawa paper bag itu terus berjalan, ntah itu ke mall, pasar, maupun tempat-tempat yang biasa mereka kunjungi. Dan selama banyak orang yang melihat paper bag tersebut maka secara tidak langsung paper bag tersebut menjadi walking branding yang kuat. Perusahaan atau produsen tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk melakukan kegiatan branding tersebut. Atau paling tidak , jika paper bag tersebut dibuat dengan baik dan menarik, orang-orang tersebut akan membawa pulang ke rumah dan menyimpannya. Orang-orang di rumah paling tidak akan tau tentang merek barang atau jasa yang tertulis di paper bag tersebut. Sehingga dapat menjadi informasi ketika kelak, mungkin saja mereka (masyarakat) akan membutuhkan produk tersebut.
Memang pada kenyataannya paper bag kini jumlahnya semakin dibatasi. Isu mengnai global warming dan penghematan kertas menjadi factor utama. Meskipun sekarang ada juga para produsen paper bag yang membuat nya dari bahan kertas yang mereka klaim ramah lingkungan atau pun bahan-bahan yang mudah di daur ulang. Tapi terkadang bahan tersebut mudah rusak, dan tidak bertahan untuk waktu yang lama. Penggunaan paper bag ini sebenarnya cocok untuk memasarkan di wilayah ibukota provinsi karena tingkat pendidikan masyarakatnya yang lebih baik. Sehingga mudah mencerna informasi yang tercantum dalam paper bag tersebut. Tapi jika paper bag itu dibagikan dengan gratis, siapa pun di Indonesia pasti mau. Apalagi masyarakat di daerah, karena ada beberapa orang yang menganggap membawa paper bag dari bahan yang bagus dan desain yang bagus serta paper bag dari brand yang terkenal, akan membuat mereka lebih percaya diri, tampak keren dan menarik, atau derajatnya sedikit terangkat di mata masyarakat. Apa pun alasannya dan kontroversi bahan pembuatnya, paper bag memang tak bias diremehkan sebagai salah satu branding tools dalam kegiatan pemasaran dan promosi.