Sebenernya udah berkali-kali datang kesini, tapi susah banget kalo pengen dateng kesini jelang matahari terbit. Bisanya cuma pas sore atau pagi setelah matahari terbit. Akhirnya beberapa waktu yang lalu bisa juga datang ke tempat ini abis subuh pagi. Sengaja malam harinya nginep di Salatiga biar gak perlu berangkat dini hari Solo atau buru-buru di jalan. Yup, sebenernya cuma datang ke jembatan biru rawa pening. Jembatan ini akhirnya diselesaikan juga, karena dulu waktu pertama kali kesini, jembatan ini belum terhubung, hanya pondasinya saja.
Untuk menuju jembatan biru ini aksesnya cukup mudah. Apalagi sekarang sudah lebih dikembangkan. Kalo dari kota Salatiga tinggal mengikuti jalan utama arah Bawen, sampai jembatan Tuntang kemudian belok kiri dimana pemandangan rawa sudah terlihat dari pinggir jalan tersebut. Tinggal melaju dikit beberapa ratus meter dengan kendaraan kemudian di kiri jalam ada papan petunjuk ke jembatan biru lalu belok kiri sampai di pinggiran rawa. Lalu kita akan menemukan parkiran yang dikelola penduduk setempat. Parkir mobil ada, parkir motor juga ada. Baru kali ini aku datang ke rawa pening sepagi ini cuma untuk menikmati pagi hari di area ini. Biasanya datang kesini sore hari, kalo lagi jenuh setelah urusan kerjaan di Salatiga udah selesai.
Jika datang kesini pada pagi hari ternyata banyak hal unik yang bisa kita temukan disini. Misalnya para pencari ikan yang mulai berangkat untuk mencari ikan. Bahkan ada yang baru pulang dari mencari ikan. Ada juga pemandangan para nelayan keramba yang mendayung rakitnya menuju keramba ikan mereka di rawa pening untuk memberi makan ikan-ikan mereka disana. Jelang matahari terbit kemaren juga ternyata disini banyak sekali capung yang terbang maupun hinggap. Udara pun terasa sangat sejuk dan juga pemandangan yang indah dan cuaca cukup cerah meskipun hujan di hari sebelumnya.
Tempat ini kini lebih dikenal sebagai jembatan biru, dibandingkan sebelumnya sumurup rawa pening. Karena warna cat jembatan yang biru makanya diberi nama jembatan biru. Mungkin kalo di cat hijau dikasih nama jembatan ijo kali ya. Sebenernya kalo dilihat langsung dengan mata, tempat ini biasa aja. Apalagi kalo pas eceng gondok disini lagi tumbuh subur, air dirawa ini pemandangannya tertutup oleh eceng gondok. Ketika dilihat dengan mata secara langsung mungkin terlihat biasa dan mblusuk banget, tapi ketika di foto dengan kamera maupun kamera handphone pasti akan feel yang unik dari gambar yang didapat. Apalagi pas moment pagi dan sore hari disini. Coba deh kesini buat motret, nanti juga tau.
Kita pun bisa sambil minum kopi dan teh serta makan camilan di warung kopi terapung yang ada di rawa pening ini. Terutama warung yang berada menempel dengan jembatan biru. Ada juga beberapa warung yang tersebar di sekitar sini. Tapi kalo kepagian belum semuanya buka. Yang mau naik perahu keliling rawa juga bisa, cukup bayar 5 ribu rupiah perorang. Tapi kalo kepagian juga mereka belum beroperasi. Kecuali memang niat mau sewa perahu sendiri buat ke tengah rawa pening. Seandainya lebih menata bangunan, kabel-kabel, perahu, dan menjaga kebersihannya pasti tempat ini akan lebih indah lagi. Aku berharap semoga saja pembangunan yang dilakukan di rawa pening tidak merusak ekosistem alam di Rawa Pening ini dan kesadaran untuk menjaga ekosistem dan kebersihan oleh para pengunjung dan penduduk setempat bisa lebih baik lagi.