Bepergian atau pun melakukan
perjalanan jarak jauh dengan bus sepertinya kini semakin digemari. Terlihat dari
bertambahnya jumlah armada bus yang
berkeliaran di jalan raya baik itu bus AKDP , AKAP, maupun bus pariwisata.
Apalagi kini banyak bus berlomba-lomba memberikan pelayanan terbaik &
melakukan pembaruan terhadap tampilan bus nya untuk menarik perhatian.
Perjalanan jarak jauh dengan biaya cukup terjangkau serta banyaknya wilayah yang tercover masih
menjadi salah satu alasan kenapa pengguna jasa angkutan bus masih banyak. Apalagi
kini hadirnya komunitas bismania yang secara langsung maupun tidak langsung
semakin mempopulerkan angkutan massal ini di tengah masyarakat kita, yang
secara tidak langsung pula membantu menyukseskan program pemerintah untuk
beralih ke penggunaan angkutan massal dari kendaraan pribadi untuk mengurangi
kemacetan di jalan raya, terutama kota-kota besar.
Kalau aku coba ingat-ingat pengalaman
perjalanan jarak jauh pertama ku dengan bus adalah ketika aku masih berusia
sekitar 6 tahun, sekitar tahun 1993. Waktu itu aku baru lulus TK dan mau masuk
SD. Mama ku mengajak aku dan kakak perempuan ku untuk berlibur di tempat nenek di wilayah Banjarnegara, Jawa Tengah. Beliau sebenarnya adalah adik dari
alm.kakek dari keluarga ibu ku. Tapi kami masih menjaga tali silaturahmi itu
meski terhalang jarak yang cukup jauh. Seru nya, perjalanan dilakukan “putus-putus”
dari Lampung ke Banjarnegara, karena waktu itu belum ada bus yang langsung
sampai disana. Ayahku waktu itu gak bisa ikut karena beliau sedang ada urusan dinas. Perjalanan kami awali dari naik angkot ke Kota Metro dari
kampung ku yang dulu masih masuk wilyah Lampung Tengah. Kemudian berganti
angkot lagi menuju Terminal Mulyojati 16C. Lalu dari sana naik bus ekonomi
tanggung menuju Terminal Rajabasa Bandar Lampung. Dari Terminal Rajabasa, kami
kemudian melanjutkan naik bus ke Pelabuhan Bakauheni dengan bus ekonomi Bareka
kalau aku tidak salah ingat. Sesampainya di pelabuhan Bakauheni kami pun
membeli tiket, dan mencoba memilih kapal ferry Rajabasa I. Kebutulan waktu itu
paman ku masih menjadi salah seorang teknisi yang bekerja di kapal ferry tersebut.
Sehingga kami pun di beri kesempatan untuk menggunakan fasilitas awak kapal. Hehehe.
Sore hari kami sampai di
Pelabuhan Merak. Waktu itu pelabuhannya masih jadi satu dengan Terminal bus
Merak. Sehingga begitu para penumpang turun dari kapal dan keluar memasuki
wilayah terminal merak, sudah banyak para agen-agen atau kernet bus yang
menawarkan jasa bus nya dengan berbagai macam logat daerah dari yang halus
sampai dengan cara yang sebenernya sedikit memaksa. Kemudian mama ku mencari
bus yang menuju langsung Banjarnegara. Mama ku ini bisa dikatakan cukup berani
menghadapi dan menolak para agen-agen tersebut. Mungkin karena dulu waktu masih
muda sering bepergian dan hidup di wilayah Jawa. Waktu itu belum ada hp yang
bisa sms atau nelpon ke rumah buat nanya enaknya naik bus apa. Akhirnya pilihan
pun jatuh ke bus berwarna silver dengan desain garis warna simple yang khas,
dan sampai sekarang tidak banyak perubahan yang signifikan pada warna identitas
bus nya. Yup, pilihan jatuh ke bus Sinar Jaya, jurusan Merak-Wonosobo kalau
saya tidak salah ingat. Aku gak tahu kenapa mama ku memilih bus ekonomi ini,
apakah waktu itu cuma ini yang sampai langsung Banjarnegara, atau kah sudah direncanakan
sebelum perjalanan, atau kah karena biar irit naik bus ekonomi, tau memang
belum ada bus AC waktu itu yang sampai langsung ke Banjarnegara, atau ada
alasan lain, aku gak tau, namanya juga anak umur 6 tahun jadi ya harap maklum. Harga tiketnya aku pun gak inget, yang jelas bayar di atas bus dan diberikan tiket atau semacam nota bukti bayar.
Setelah ngetem kalo gak salah
hampir satu jam, bus pun akhirnya sore itu berangkat menuju Jakarta. Setelah bus berjalan, keringat yang bercucuran pun mulai hilang. Jendela bus bagian atas dibuka, jadi deh AC, angin cepoi cepoi. Kami duduk
di kursi bagian tengah bus. Kursinya menggunakan model baris 2-2. Tapi aku gak
inget bentuk bodinya maupun interior bagian dalamnya. Kernetnya yang bagian belakang,
aktif ngobrol bersama dan berdiskusi dengan mamaku dengan logat bahasa ngapak
yang tak asing bagiku. Bus nya pun waktu berangkat tidak terlalu penuh sebelum
akhirnya sampai di Jakarta. Aku gak tau
malam itu masuk ke terminal apa. Yang jelas kemudian banyak penumpang masuk ke
bus. Yang bikin aku kaget ternyata bagian tengah bus pun diisi dengan
penumpang. Jadi bus terasa sangat penuh. Tapi uniknya penumpang ditengah
tersebut tidak berdiri melainkan duduk. Jadi kernet mengeluarkan papan kayu
yang sudah disiapkan di bawah kursi
penumpang, kemudian menyusunnya dan menyambungkan antara deretan kursi bagian
kanan dan kiri. Dan setiap papan kayu tersebut diisi oleh dua orang. Maknyus,
penuh bgt kan itu bis. Dan sepanjang perjalanan malam itu tak ada lagi berhenti
naikin penumpang karena bus sudah penuh. Kira-kira sekarang kursi tambahan gitu
masih ada gak ya?
Aku pun kaget dan sedikit takut
karena orangnya banyak sekali dan bus dipacu cukup kencang. Baru merem dikit,
bus bermanuver, aku pun terbangun, aku dipangku mama atau pun kakak perempuan
ku bergantian. Kalo diinget2 sensasinya gak beda jauh naik pesawat baling2 nya wings air jogja-surabaya.hehehe... Menjelang tengah malam, apes nya
disebelahku ada anak-anak yang dapet jackpot alias muntah. Wah tambah pusing
kepalaku. Gak lama setelah itu, eee ada lagi yang dikursi belakang muntah. Akhirnya
hidung dan badanku diolesi minyak angin oleh mamaku biar nafasku tetep enak
katanya. Bus baru mulai menurunkan penumpang ketika akan memasuki purwokerto.
Sampai akhirnya bus mulai agak longgar. Aku pun sempat merasakan sejenak duduk
di papan kayu di tengah bus tersebut. Akhirnya
sekitar jam 3 malem kami sampai di Banjarnegara. Kernet Sinar Jaya itu pun
berbaik hati menunjukkan angkutan apa yang sebaiknya selanjutnya kami naiki.
Akhirnya kami turun dan melanjutkan perjalanan dengan mobil engkel (bus kecil)
masuk menuju wilayah Wonodadi tepatnya di wilayah perkampungan yang dekat
dengan wilayah Bendungan Kali Serayu. Subuh pun kami sampai di depan rumah
nenek.
Kami berlibur cukup lama, sekitar
2 minggu disana. Menikmati udara sejuk dan pemandangan indah. Lalu lanjut berlibur
juga untuk pertama kali ke Yogyakarta. Masih bisa merasakan udara jogja yang
sejuk bersih dan belum macet. Naik andong dari dan ke Malioboro sampe Godean.
Tidak seperti kondisi Jogja yang sekarang. Namun pulangnya kami gak naik bus,
tapi pulang naik mobil pamanku yang kebutulan ke Jogja menghadiri wisuda sepupuku.
Yup, itulah pengalaman pertamaku naik bus AKAP, dan bus itu adalah bus PO Sinar
Jaya. Setelah itu, aku gak pernah lagi naik bus Sinar Jaya. Cuma sekedar
melihatnya di jalanan dan tiap melihatnya selalu teringat pengalaman perjalanan
jarak jauh pertamaku bersama bus Sinar Jaya. Semoga tetap Jaya seperti nama
belakangnya.