Beberapa waktu lalu, aku dimintai tolong oleh kerabat untuk mengisi kelas secara online di salah satu perguruan tinggi negeri di pulau sumatra. Aku diminta mengisi kuliah umum dari praktisi untuk kelas online zoom dengan peserta 100 mahasiswa jurusan ilmu komputer dengan tema tentang content writing dan copywriting, untuk penerapan di sosial media. Awalnya aku agak keberatan si, karena aku merasa masih kurang pantas untuk forum sebesar itu karena banyak lebih expert dari ku. Tapi akhirnya aku setujui, dengan niat sharing ilmu dan pengalaman yang bermanfaat karena salah satu pekerjaan ku memang tidak jauh dari tema tersebut.
Setelah kelas selesai, kerabatku tersebut kembali menghubungi dan bertanya, kalau bulan depan ngisi kelas lagi bisa gak, tapi temanya UX Writing. Akhirnya aku jawab, kalau untuk tema tersebut, saat ini aku masih butuh waktu untuk kenal lebih dalam, karena jam terbang untuk UX writing masih rendah. Seingatku mungkin baru sekitar 6 website dan 1 app yang aku bantu untuk UX writing-nya. Itu pun masih level pemula lah. Akhirnya aku merekomendasikan salah seorang rekan yang kini lebih fokus mendalami UI dan UX untuk mengisi kelas tersebut. Namun karena hal ini aku jadi pengen belajar lebih dalam lagi tentang UI dan UX , terutama UX writing, yang semakin dibutuhkan di era digital saat ini. Ada beberapa hal yang aku rangkum dari berbagai macam sumber agar lebih paham tentang UX Writing.
UX Writing atau User Experience Writing adalah semacam seni menyusun kata-kata dalam tampilan produk digital dan teknologi agar lebih mudah dipahami. Orang yang melakukannya disebut UX Writer ada juga yang menyebutnya UI/UX Writer, biar all in katanya. Jadi kalau ada tulisan-tulisan pendek kalau kita pakai software, aplikasi mobile, maupun website tentang intruksi, penggunaan, dan semacamnya berarti itu hasil karya dari UX Writer. UX Writer bertanggungjawab untuk menulis kata-kata yang dapat dibaca atau didengar ketika seseorang menggunakan produk digital seperti aplikasi, software, dan website dengan tulisan bersifat singkat, padat, jelas, dan mudah dipahami. Terus bedanya apa sama copywriter? Kalau tulisan yang dibuat copywriter biasanya singkat, tulisan UX Writer biasanya lebih singkat lagi. Sering disebut dengan micro copy. Copywriter nulis tentang jualan produk biar makin banyak penggunanya, sedangkan UX writer nulis untuk mengarahkan si pengguna tentang cara menggunakan produk agar mereka jadi nyaman dan menjadi pengguna yang setia.
Banyak yang meyakini bahwa tulisan UX Writer yang bagus akan menyatu dengan desain produk. UX writing yang bagus akan terasa dan terlihat singkat, padat, jelas, sesuai tema, dan mewakili brand nya. Bahkan orang yang menggunakan produk tersebut, tidak menyadari bahwa mereka sedang membaca. Sebelum membuat UX writing yang bagus, ada beberapa hal dasar yang diperlukan oleh seorang UX writer seperti latar belakang dari produk tersebut, tujuannya, kepada siapa target audience produk tersebut, pesan utama apa yang ingin disampaikan, dan pola penggunaan produk tersebut. Dari informasi tersebut, UX writer akan mencari informasi lebih mendalam untuk mengenali karakter produk, stakeholder, dan target audience nya sebelum akhirnya membuat rencana dan mengesekusi dalam bentuk tulisan bersama dengan tim.
Tantangannya biasanya pada jumlah tulisan yang sangat terbatas namun harus jelas. Copywriting itu sangat singkat, namun UX writing ini terkadang harus lebih singkat lagi. Apalagi jika informasi konteks tentang produk dan audience yang kurang lengkap, jadi terkadang harus melakukan pencarian informasi lebih mendalam. Pada prakteknya, UX Writing terkadang tidak terbatas pada penulisan teks semata. Seorang UX Writer juga harus dapat berkomunikasi secara humanis dengan menggunakan atau mempertimbangkan elemen lain seperti gambar, video, atau animasi untuk memungkinkan pengguna tidak merasakan bahwa mereka sedang berinteraksi dengan sebuah karya digital dan mesin. Oleh karena itu di beberapa perusahaan sebutannya terkadang UI/UX writer.
Dari beberapa informasi yang aku rangkum dari rekan-rekan yang bekerja sebagai UX Writer dan juga berbagai macam sumber, ada beberapa hal yang diperlukan untuk menjadi seorang UX writer.
1. Kemampuan menulis yang baik. Biasanya karir UX Writer dimulai dari bidang content writing dan copywriting jadi sebaiknya juga memahami tentang hal-hal tersebut sebagai dasar penulisan untuk mengkomunikasikan produk atau brand voice kepada target audience. Tempatkan diri juga dari sudut user, supaya dapat mengetahui kecocokan perangkat tersebut dengan pengguna.
2. Pola pikir dan rasa tentang desain produk. Hal ini diperlukan karena seorang UX Writer akan banyak bersinggungan dengan kata-kata yang dibuat pada desain sebuah produk. Jadi harus memahami juga dari sudut selera desain yang sesuai dengan produk dan audience. Akan lebih baik lagi jika memiliki kemampuan desain dasar secara digital.
3. Pendengar yang baik, open minded, dan berorientasi solusi. Menjadi pendengar yang mau menerima kritik dan saran dari rekan kerja, stakeholder, dan juga konsumen. Perdebatan panjang dalam tim adalah hal yang wajar, namun jangan terpaku pada masalah yang terjadi, tapi lebih ke solusi. Karena tujuan utamanya adalah membuat produk bisa digunakan senyaman mungkin. Jangan hanya membuat copy berdasarkan selera pribadi tanpa mempertimbangkan kontenks nya dan masukan orang lain.
4. Rajin belajar dan riset secara continue. Rajin untuk mempelajari dan mencari tahu tentang informasi lain selain dari brief yang didapat dari atasan di perusahaan. Sehingga bisa menghasilkan copy yang senyaman mungkin bagi user. Seorang UX writer juga harus terus mengikuti perkembangan dunia digital agar produk yang ditangani tetap up to date. Pengalaman dan jam terbang yang semakin banyak akan membuat kemampuan semakin terasah.
Membuat tulisan ini jadi membuatku tertarik untuk belajar lebih dalam lagi tentang UX Writing. Siapa tahu nanti dapat project baru maupun pekerjaan yang berhubungan dengan tim UX writing di dalamnya. Itu aja si, sama-sama masih belajar. Semoga bermanfaat.