Wings Air merupakan salah satu
maskapai penerbangan yang melayani penerbangan domestik di Indonesia, dan
beberapa negara di Asia Tenggara. Maskapai ini merupakan anak perusahaan dari
Lion Air Group dengan segment pengguna penerbangan dengan rute-rute perintis
atau jarak dekat. Pesawatnya rata-rata menggunakan pesawat ATR 500 dan ATR 600
yang menggunakan mesin dengan baling-baling di sayap sebelah kanan dan kiri pesawat.
Pertama kali menggunakan jasa
penerbangan Wings Air pada tahun 2012 yang lalu untuk menghadiri undangan
interview pekerjaan salah satu perusahaan di Surabaya. Waktu itu aku naik
penerbangan Wings Air dengan rute Jogja-Surabaya. Dilihat dari itinerary
pemesanan tiket pesawatnya, pesannya sehari sebelum keberangkatan. Harga tiket
nya waktu itu PP sekitar 1,3 juta an rupiah. Waktu itu naik penerbangan yang
berangkat jam 8.30 pagi kalau gak salah. Semua biaya penerbangan dan
transportasi PP dari Jogja ke Surabaya di tanggung perusahaan. Sebenernya aku
minta naiknya kereta, namun karena jadwal tiba-tiba berubah akhirnya dibelikan
tiket pesawat.
Akhirnya aku setujui dan pagi-pagi udah berangkat ke Bandara Adi Sucipto Jogja. Kemudian masuk ke Bandara, anya-nanya, lalu check in, bayar pajak Bandara (waktu itu masih), dan bayar asuransi penerbangan, lalu masuk ke area boarding untuk menunggu pesawat diberangkatkan. Sampai di area boarding, pesawat Wings Air yang mau aku tumpangi sedang dalam persiapan menjelang keberangkatan. Waktu mau naik pesawat tas ransel
ku dan beberapa penumpang yang membawa tas laptop dan tas besar diminta oleh
pramugari untuk disimpan dibagian belakang pesawat agar duduknya lebih nyaman
katanya. Karena bagasi di kabin sudah penuh. Padahal tas ranselku cuma berisi
beberapa dokumen dan laptop. Aku juga heran kenapa pramugarinya roknya pendek banget ya? #eh.
Begitu masuk kabinnya memang agak sempit apalagi
tempat duduknya, ya namanya juga kelas ekonomi. Aku duduk samping dipinggir
jedela dengan pemandangan langsung ke sayap dan baling-balingnya. Lalu baca-baca majalah yang ada di depan tempat duduk dan gak lupa banyak berdoa waktu mau berangkat dan sepanjang perjalanan. Agak bikin
deg-deg an, karena ini penerbangan pertamaku naik pesawat. Biasanya kalau
bepergian agak jauh lebih suka naik bis atau kereta. Begitu take off ternyata cukup
banyak suara-suara terutama suara mesin pesawat yang terdengar cukup bising.
Dan ketika mengenai awan tebal turbulensi akan lebih terasa.
Yang terasa paling mengesankan
adalah pemandangannya. Karena terbangnya tidak setinggi pesawat bermesin jet,
kita bisa melihat pemandangan daratan dan kumpulan awan-awan yang terasa sangat
dekat. Apalagi pas take off kemudian terlihat puncak gunung lawu yang indah di
pagi hari yang cerah. Sayangnya aku gak bawa kamera. Itu yang aku sesalkan
sampai sekarang. Perjalanan sekitar hampir satu jam dan kemudian landing dengan smooth di Bandara Juanda Surabaya. Itu jadi pengalaman perdanaku mampir ke Bandara Juanda. Kemudian aku berjalan ke area depan Bandara untuk cari taksi. Dan ternyata taksi disini hanya tersedia taksi yang dikelola unit usaha koperasi dari militer disini. Dan tarifnya sudah ditentukan sesuai area tujuan. Jadi bayar dulu di loket baru naik taksi. Kalau mau naik armada taksi lain, harus berjalan cukup jauh keluar area Bandara. Lalu aku menuju tempat tujuanku di daerah Rungkut sampai sore dan kembali lagi ke Juanda untuk penerbangan ke Jogja.
Sampai di Bandara Juanda beberapa saat setelah check in dapat informasi kalau penerbangan yang aku naiki delay sekitar 40 menit. Akhirnya aku solat dulu dan cari minuman untuk menyegarkan tenggorokan yang kering. Kondisi Bandara waktu itu sangat ramai dan isinya orang-orang mengeluh karena waktu itu hampir semua penerbangan mengalami delay. Akhirnya sekitar jam 8 an malam aku pesawat yang aku tumpangi sampai berangkat dari Juanda. Pemandangan lampu-lampu kota Surabaya cukup menghibur badan dan pikiran yang lelah. Tidak banyak turbulensi yang terjadi selama penerbangan tersebut, dibanding ketika pagi harinya. Sekitar jam 9 an malem udah sampe di Bandara Adi Sucipto Jogja. Alhamdulillah aku berucap. Pengalaman pertama kali naik pesawat ini berjalan lancar meskipun interview yang aku lakukan tidak selancar itu.