Musim WFH, PHK, dan Pandemi Covid 19 gini makin banyak orang yang membutuhkan laptop, PC, dan bahkan smartphone untuk menunjang kegiatan di dalam ruangan yang cenderung lebih lama dibanding di luar ruangan untuk tetap menjaga protokol kesehatan. Untuk siswa dan mahasiswa kegiatan belajar di kelas masih belum 100% sehingga perangkat-perangkat tersebut sangat dibutuhkan untuk kegiatan daring dan mengisi waktu mereka. Meski sudah mulai banyak pekerja yang WFO, tapi belum semua menerapkan itu dan bahkan makin banyak perusahaan yang memutuskan di beberapa divisi atau posisi lebih mencari karyawan yang mampu kerja remote. Para pekerja freelance dan pekerja WFH juga makin banyak karena ekonomi yang belum pulih. Termasuk aku yang kini lebih banyak bekerja dari rumah, jadi lebih banyak kegiatan mantengin smartphone, laptop, dan juga TV.
Tapi dari waktu luang yang ada, jadi bisa mengupdate kembali blog, vlog, dan juga ilmu-ilmu yang berhubungan dengan soft skill dan hardskill untuk menunjang karir dan pengembangan diri. Namun laptop ku yang sudah berumur 6 tahun lebih ini, meski masih terlihat bagus dan terawat, mulai kurang bisa mengimbangi untuk aplikasi yang lebih update dan multi tasking yang lebih banyak. Jadi aku putus kan untuk mencoba merakit PC kembali, karena tahun lalu PC yang biasa aku gunakan di rumah rusak di beberapa part, kemudian aku jual pretelan. Makanya lebih bergantung pada penggunaan laptop di hampir 2 tahun terakhir ini.
Awalnya aku pikir, coba beli laptop baru aja. Begitu coba ngecek harga laptop baru yang kira-kira bisa menunjang kegiatan kerjaku, atau laptop di segmen yang sama dengan laptop ku pada masanya, ternyata harga laptop sekarang semakin tinggi. Padahal waktu awal pandemi di 2020, aku sempat dimintain tolong beli laptop ku untuk kenalanku, dan memang waktu itu harga udah mulai naik, karena melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar dan juga permintaan barang yang makin tinggi, tapi naiknya belum sebanyak tahun ini. Namun, meski dengan kenaikan harga tinggi para konsumen mau gak mau tetap membelinya, karena mereka membutuhkannya. Yang gak kuat beli baru, biasanya akhirnya ya beli second atau rakit pc dengan spesifikasi seri dan stock lama. Kalau untuk orang tua murid, yang anaknya membutuhkan laptop atau PC untuk kegiatan belajar, mereka pasti tetap akan mengusahakan dananya demi pendidikan anak mereka, jadi ya berapa pun harga komputernya yang pasti dibeli, yang tidak terlalu mampu yang paling pake smartphone, dan yang sangat tidak mampu, walaupun untuk beli smartphone, aku bingung bagaimana mereka belajar daring dan setauku jumlahnya tidak sedikit, terutama di daerah.
Lalu aku coba cek harga part untuk merakit PC, ternyata beberapa harga komponen nya makin tinggi juga terutama processor AMD dan VGA. Banyak yang bilang barangnya ghoib, baru dipasang di market place atau etalase toko komputer, langsung habis dalam waktu beberapa hari bahkan beberapa jam. Kalau pun ada stock barangnya di distributor, dalam waktu singkat kalangan reseller dah pada rebutan, terutama produk di segment entry dan middle level. VGA dari sebelum pandemi juga sudah naik perlahan sebenarnya, namun belum separah sekarang. Yang mengherankan lagi adalah rata-rata vga kondisi baru entry level yang ada di market sekarang adalah seri-seri lama yang beredar 3-5 tahun lalu bahkan ada yang lebih. Aku gak tau apakah itu stock lama yang akhirnya bisa keluar, atau bahan baku stock lama yang diproduksi ulang oleh produsen. Seri-seri VGA kecil low profile baik radeon maupun nvidia yang dulu bisa kita dapatkan di harga 400-600 ribuan rupiah, sekarang dijual di 1 jutaan rupiah, dan itu laku keras, karena tidak banyak opsi lain di market. Aku terakhir rakit PC dengan Ryzen 3 untuk PC kantor, di awal pandemi covid, semua masih dengan harga wajar, kecuali power supply dan VGA waktu itu. Namun kini harga VGA makin mahal, nunggu turun, malah nambah naik lagi harganya dari bulan ke bulan. Sedangkan processor AMD Ryzen juga rata-rata habis barangnya untuk ryzen 3, jika ada stok biasanya stock generasi 2 atau AMD Ryzen 5 ke atas, dan harganya pun sudah di atas processor Intel generasi 11 di segmen yang sama.
Aku pernah bekerja beberapa tahun di distributor printer, komputer, dan office supply, jadi aku mencoba memanfaatkan beberapa kenalan ku di yang biasanya mainan di sektor tersebut untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi di kalangan reseller dan distributor komputer ini dan juga cari stock jika ada. Ada beberapa hal yang ternyata menjadi penyebab kenapa harga VGA card semakin mahal saat ini :
1. Masalah di pemasok bahan baku VGA
Adanya beberapa masalah yang terjadi pada perusahaan besar pemasok produsen semikonduktor yang memproduksi berbagai chip dan prosesor untuk perusahaan hardware seperti AMD, Apple, NVidia, Mediatek, dan lain-lain. Baik dari masalah SDM, krisis pangan, politik, dan kekeringan di Taiwan dan China, regulasi perpajakan, terlambatnya bahan baku, berkurangnya shift kerja karena pandemi, dan tingginya permintaan secara internasional yang tidak bisa lagi diimbangi, yang semua itu terjadi pada periode waktu yang hampir bersamaan.
2. Permintaan Barang Yang Tinggi
Hal-hal yang tadi aku jelaskan di atas tentang pandemi dan kondisi kebutuhan masyarakat menjadi penyebab tingginya perminataan barang akan perangkat smartphone, laptop, dan PC. Dan hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, hampir di semua negera terjadi pada masa pandemi ini. Produsen kewalahan akan permintaan ini, ditambah lagi masalah pada di pemasok bahan baku utama. Banyak yang memprediksi hal ini akan terus terjadi hingga tahun 2022 dan baru akan mulai pulih di 2023. Jadi sebaiknya jangan menunggu harga VGA turun tahun depan. Bahkan beberapa principle smartphone sudah mengumumkan kenaikan harga smartphone di awal tahun depan. Kita tidak tau apakah kenaikan harga ini akan merembet ke komponen PC yang lain, apakah hanya VGA dan processor saja.
3. Ulah Scalper VGA dan Reseller Nakal
Scalper VGA adalah orang-orang yang memborong VGA untuk dijual kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga pasaran. Biasanya mereka memanfaatkan koneksi orang dalam, lingkungan pertemanan di pemain bisnis VGA, atau memborong VGA di situs resmi principle VGA ketika launching VGA baru dengan harga normal bahkan harga special. Terkadang ulah scalper yang nakal ini membuat distributor resmi kesulitan untuk mendapatkan stok VGA sehingga para pelanggan bahkan reseller terpaksa membeli VGA milik para scalper tersebut. Lalu mereka menjual ulang barang tersebut di pasaran dengan harga yang absurd secara kompak di marketplace. Hal ini diperparah lagi dengan ulah oknum reseller nakal yang menaikan harga di atas rata-rata kenaikan normal, untuk mendapatkan persentase keuntungan yang lebih banyak dari biasanya dengan memanfaatkan moment ini. Yang harga sudah naik tinggi, ya lebih naik lagi.
4. Pelayaran Internasional Yang Melambat
Pengiriman VGA dari produsen ke distributor resmi, umumnya menggunakan pelayaran internasional, karena jika lewar udara tentu saja harganya akan sangat mahal. Namun, sejak pandemi COVID melanda dunia, pelayaran internasional mengalami gangguan dalam pengiriman barang antar negara maupun benua dan kegiatan bongkar muat internasional menjadi lebih lambat. Kekurangan pekerja karena pandemi COVID-19 dan membludaknya pengiriman E-Commerce intrnasional menjadi alasan terbesar mengapa barang-barang impor sulit dan lebih lama untuk masuk melalui pelabuhan. Karena itu, jasa pengiriman barang lewat jalur laut kini mematok harga yang lebih tinggi dari biasanya untuk menutup kerugian yang disebabkan pandemi. Tentunya naiknya harga pengiriman juga berpengaruh dengan naiknya harga VGA yang ada. Belum lagi kebijakan bea masuk atau pajak impor yang mengalami perubahan untuk pembatasan barang impor yang masuk.
5. Maraknya Tukang Mining Cryptocoin
Semakin populernya Cryptocoin, makin banyak orang yang mencoba peruntunganya dengan berinvestasi di tambang cryptocurrency. Hal ini membuat permintaan VGA card semakin tinggi. Karena biasanya para miner ini membutuhkan banyak VGA untuk mengoperasionalkan peralatan miningnya. Sehingga biasanya mereka memborong banyak VGA ketika mulai merakit peralatannya. Terutama VGA di level atas dan menengah. Ada yang sukses, tidak sedikit pula yang gagal. Karena itu, di forum gamers, banyak gamers menuduh para miners atau penambang cryptocurrency sebagai salah satu biang kerok atas krisis VGA. Para miners yang memborong banyak VGA card membuat beberapa seri VGA favorit stoknya menjadi langka dan membuat reseller berani menaikan harga VGA di atas normal. Kalau dipikir secara nalar, memang wajar si jika sampai terjadi anggapan seperti ini.
Kini cari VGA card yang cocok dengan budget kere hore menjadi tantangan sendiri waktu mau merakit PC. Kalau buat yang budget nya banyak si gak masalah sebenernya. Tapi kalo aku pengen cari yang harganya masih wajar lah naiknya, karena sekarang kalau terlalu murah juga kita harus berhati-hati karena banyak VGA palsu yang kini beredar di market place. Kepepetnya ya pakai VGA on board, RAM nya digedein. Buat ku cukup sebenernya, tapi kalau pas rendering dan multi tasking, kasian sama PC nya, kayak lagi ngeden dan teriak Toloong. Itu aja si. Semoga bermanfaat. Mari merakit PC. #eh