Beberapa waktu lalu, pas lagi makan siang bareng dengan teman di rumah makan deket salah satu kampus negeri di Solo, gak sengaja sejenak denger beberapa remaja yang saya yakin mahasiswa dan beberapa mahasiswi yang lagi ngobrol asyik dan cukup berisik. Kayaknya si mereka lagi kopi darat gitu, dan belum lama berkenalan dan saling mengenalkan temannya. Ada satu kalimat, yang dilontarkan dalam percakapan disitu dari seorang mahasiswi ke mahasiswa, “kamu ngefansnya sama artis siapa?”. Dari situ aku jadi inget kalo pertanyaan itu pernah ku dengar beberapa kali dari temanku ketika di bangku sekolah atau kuliah. Dari semenjak aku sadar kalau aku makhluk yang hidup, selain soal-soal ujian sekolah atau kampus yang susah-susah, aku juga gak pernah bisa jawab pertanyaan dengan lancar, kamu ngefans siapa.
Karena mungkin selama hidup, aku gak pernah namanya ngefans dengan artis, tokoh ternama, tokoh agama, atau para pemimpin negara. Gak tau juga kenapa, tapi ya gitu. Meskipun suka denger musik dan suka banget nonton film, baca ensiklopedia atau biografi-biografi orang ternama namun gak ada yang bener-bener bisa disebut ngefans. Mungkin pengertian ngefans buatku ya sangat suka, cinta maybe, ngikutin gaya, sangat terinspirasi dan diterapkan dalam suatu hal, koleksi barang-barang about fans, pajang foto, selalu nonton acaranya atau kompetisinya, dateng ke konser atau premier, ngumpulin tanda tangan, atau semacam loyalitas tertentu.
Mungkin karena orang-orang disekeliling ku, terutama kedua orang tuaku tak pernah memperlihatkan hal yang benar-benar mereka suka. Kalo kakak-kakakku mungkin iya, teman-teman dekatku juga demikian, mereka ngefans dengan seorang yang ternama. Tapi selama masa pubertas aku jarang bertemu kakak ku. Aku lebih sering menghabiskan waktu dengan teman sekolahku. Jadi masih tetep bingung kenapa gak bisa ngefans dengan orang ternama. Apakah mungkin karena kedua orang tua ku, terutama ayahku sudah banyak mencontohkan dan mengajarkan bagaimana menjalankan kehidupan. Dari yang paling simple, ngiket tali sepatu, makan pake sendok, belajar, solat, ngaji, sopan santun, nyuci, nyetrika, naik sepeda, naik motor, baca tulis, bahkan hingga tentang syiar agama, menyelesaikan masalah keluarga, dan menyelesaikan masalah umum. Kalau dipikir-pikir, orang tua ku sudah mengajarkan semua dasar dalam hidup.
Bahkan, ayahku sering mengatakan tentang bagaimana selalu menjadi diri sendiri dan tetap low profile, dan mengatakan tentang mengambil pelajaran dari setiap orang secara positif, baik itu dari orang yang bersikap baik maupun bersikap buruk. Mereka pun manusia biasa punya kekurangan, dan tidak menginginkan hal buruk yang mereka alami karena perbuatan kurang baik yg pernah dilakukan, terjadi pada anak-anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Tapi dasar aku nya bandel, jadi kurang memahami apa yang mereka maksud. Mungkin karena mereka mengajarkan banyak hal, aku jadi melihat bahwa seseorang yang layak untuk difavoritkan atau di fans kan Mungkin adalah orang yang memiliki banyak sekali kebaikan yang dia lakukan dan bisa menjadi panutan. Bahkan tanpa memiliki kekurangan atau sedikit sekali kekurangan. Meskipun aku tau setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Mungkin dari situ lah aku menganggap bahwa setiap orang itu setara dan punya kelebihan serta kekurangan masing-masing.
Jadi kalo dulu ada yang tanya ke aku, kamu ngefans siapa, ya aku bilang gak ada. Kalo terinspirasi orang, aku ya cuma ambil hikmah secara postif yang bisa diusahakan untuk diterapkan. Atau kalau misalnya suka sama lagu dari penyanyi atau band tertentu ya suka dengerin lagunya aja yg enak didenger menurutku. Kalau nonton film ya suka dengan filmnya bukan pada pemainnya. Ya gitu-gitu aja. Ternyata susah juga jelasinnya dengan deskripsi kata. Tapi ya gak usah diambil pusing soal fans, dibikin simple aja menurutku. Ngefans ya monggo bilang fans, gak ya monggo bilang gak fans. Hehehe. Tapi sekarang-sekarang ini, lagi banyak terinspirasi buat “ngefans” sama Nabi Muhammad SAW dan jika boleh ALLAH SWT. Karena mungkin lebih banyak hal inspiratif disana dan belum ada hal-hal buruk yang didapat dengan memandangnya secara lebih terbuka. Tapi ternyata untuk menjadi fans sejati mereka butuh proses yang cukup seru serta masih perlu banyak belajar. Apalagi aku yang masih memiliki banyak kekurangan. Dan kayaknya si mungkin seru juga kalo nanti ngefans sama “teman hidup” kita, hahaha J. So, bisa bikin aku ngefans sama kamu? #eh #lho